Sabtu, 25 Oktober 2014

Cry

I'm in love for the first time when someone said that i'm cute like other girls.
My heart can't stop pounding whenever i read his sweet word
After that, i realize that i already have a little feeling for him
and it will be bigger and bigger then  become a real love.

I always teasing him, and make him remember my name
Only for noticed by him.
But someday i become jealous with my own friend
And this situation become a fight

After that, he hates me. And my friend.. Yes, we're done.
I really tired because of this complicated feeling.
This situation make me want to cry in the corner.

This pain is really hurt until now...
Even if  i say sorry, it's already too late

Just pretend that i never have this feeling.
And try to love someone who will loves me back.
Because it's already goodbye.

p.s. : ini bukan ts <(") ini dusta < kebanyakn baca komik shoujo

Love

When we're in love
We must be the happiest human in the world
Our time will ruin only for him
Blushing when he says sweet things
Act like an idiot when we're near him
Wish that he will love you back...

But sometimes, love is not that beautiful
When he already loves somebody
Sometime we must let him go
It will be hurt sometimes
But after that, we will know
what real love is

Wat is dis





Jumat, 17 Oktober 2014

Midtest song~

What is midtest
What is midtest
Do you know?
Do you know?
Mid test's just a paper
Mid test's just a paper
Let it go
Let it go

Jumat, 10 Oktober 2014

BUKBER 2014



























Frossa

 Meet my lovely cat <3
His name is Frossa OwO









17 Agustus 2014

Ini post kedua hari ini _(:'v

Maso

Itu lagi joget balon OwO
Ini bag ceweknya OwO

Lagi - lagi hanya bisa nge-foto segini _(:'v
vavai

Comifuro 2014

Dah lama nggak post tentang perjalananku belakangan ini OwO
Mumpung ada waktu <3 #soksibuk

 Ini Shafira OwO yang memakai sweater hitam bunga bunga itu ts, di crop <3
lel
Yang paling kiri itu, Alda, Zelikha, Shafira, dan entah. Dia siapa? :V Dia cosu jadi Haru (Free!)
 Ini namanya rame
Yak males nyebutin :v













Dah cuma segitu _(:'v saking bahagianya ngeliat OTP, mecan disana lupa ngefoto lebih banyak lagi :'v

Rabu, 08 Oktober 2014

No Name 1 (end?)


   Disaat mentari bersinar dengan terangnya, terdapat seorang gadis berumur 13 tahun yang tinggal di sebuah rumah besar yang mewah. Ia adalah aku, namaku Mawar Arnoldy. Aku ini gadis pemalu yang bisa membaca pikiran orang lain, dan aku ini mempunyai indera keenam.
   Aku sangat membenci kemampuan yang aku punya ini, kemampuan yang aku punya membuat banyak orang ketakutan, bahkan orang tuaku bercerai karena kemampuanku ini. Semua yang Ayah pikirkan terbaca olehku, sehingga membuatnya murka. Pernah Ayah mengancam Ibuku, bila tidak membuangku maka mereka akan bercerai. Aku yang hanya bisa memeluk erat Ibuku ini tidak bisa melakukan apa apa, saat itu aku merasa Ayah benar benar murka, terbaca olehku kata kata murka yang ia katakan didalam hatinya. Ibuku menolak dan pada akhirnya mereka bercerai. Keesokan harinya, Ibu dan aku pindah kerumah Ibu yang dulu. Rumah yang besar dan mewah, warisan terakhir yang diberikan oleh kakek untuk Ibu. Sejak itulah aku mulai tinggal dirumah ini, rumah peninggalan terakhir kakek.
   Disaat umurku 10 tahun, Ibuku meninggal karena tertabrak mobil yang dikendarai oleh seorang wanita yang mabuk di pagi hari. Mobil itu menembus dinding yang rapuh karena termakan usia, dan menabrak Ibuku yang sedang asyik menanam berbagai macam bunga bersamaku. Saat itu, aku tersentak kaget, ketika melihat Ibuku penuh dengan darah disekujur tubuhnya. Aku merasa ia masihlah hidup sehingga aku masih berusaha untuk menarik tubuhnya sembari berteriak meminta pertolongan dan menangis. Ternyata ada yang mendengar teriakannku, orang itu adalah Pak Joko, ia adalah sopir pribadi aku dan Ibu, ia mulai berteriak dan menyuruh pengendara yang mabuk itu untuk turun. Tetapi pengendara itu tidak mendengarkannya. Sempat terbaca olehku isi pikirannya ingin membunuhnya juga, aku lalu berteriak agar Pak Joko untuk menghindar dari sana. Pak Joko tidak mempedulikan teriakanku, dan ia terus berteriak untuk meminta bertanggung jawaban. Akhirnya mobil itu mulai memundurkan mobilnya lalu melaju kearah barat tempat Pak Joko berada lalu menabraknya. Aku hanya bisa menyaksikannya untuk kedua kalinya, orang orang yang dekat denganku meninggal dengan sadisnya. Setelah pengendara itu menabrak Pak Joko, ia mulai mengarahkan mobilnya kearahku. Aku hanya bisa berlari keluar rumah, terus berlari setelah ia terus menabrak rumah rumah kecil dan membunuh banyak korban dengan besi yang kuat itu, terus, terus berlari yang pada akhirnya datanglah sekawanan polisi yang tangguh mengelilinginya. Pengendara itu mulai menyerah dengan menghentikan mesin mobil tersebut, tetapi datanglah kawanan orang yang tangguh membawa senjata, membunuh semua polisi yang ada disana, orang orang yang masihlah hidup hanya bisa ketakutan sembari melarikan diri. Mereka tidak peduli dengan harta benda yang ia miliki, mereka hanya bisa berlari melarikan diri. Dan yang kulakukan saat itu hanya bisa melihat satu demi satu nyawa yang keluar dari masing masing tubuh yang sudah tidak bisa diselamatkan, nyawa nyawa itu berterbangan dan meninggalkan tempat yang sudah bagaikan pembantaian masal saat itu. Banyak pertolongan berupa polisi, dan orang orang tangguh lainnya. Tetapi saat itu mereka tidak bisa diselamatkan lagi sama seperti yang lainnya nyawanya satu demi satu keluar dari tubuhnya dan melayang ntah kemana. Pembantaian itu terjadi selama 23 jam di kota Vania yang awalnya cerah saat itu sudah bagaikan lautan darah dan api.
   Hanya rumahku saja yang selamat saat itu, dan kota yang menjadi tempat tinggalku menjadi kota paling angker di negriku, mungkin sudah mendunia. Tak disangka sudah 3 tahun berlalu sejak pembantaian tersebut. Pembantaian itu, berakhir ketika pemimpinnya yaitu pengendara mabuk itu meninggalkan kota, dan merasa sudah tidak ada lagi yang hidup saat itu, padahal aku hanya sembunyi di balik tembok yang sudah terbakar oleh api. Karena rumahku adalah satu satunya rumah yang masih bisa berdiri, dipercaya banyak arwah yang bergentayangan dirumahku, sehingga tidak ada yang mau kerumahku kecuali buronan yang sembunyi dirumahku agar tidak ketahuan oleh polisi dan anak anak nakal yang beruji nyali dirumahku, tetapi pada akhirnya mereka ketakutan karena melihatku memakai pakaian putih dengan rambut digerai. Walaupun dirumahku masihlah ada arwah Ibu, Kakek dan Pak Joko yang menemaniku, bagiku rumah angker itu bukanlah neraka tetapi bagaikan surga bagiku, hanya merekalah yang masih mau menemaniku.
   Suatu hari, Ibu menyarankanku untuk meneruskan sekolahku, karena aku sudah 3 tahun tidak sekolah sejak pembantaian 3 tahun yang lalu. Aku hanya menganggukan kepala sembari terus membacakan sebuah cerita yang aku buat. Aku tahu cerita itu tidak masuk akal, tetapi ntah kenapa mereka menyukainya. Ntah kenapa sampai sekarang aku belum merasakan rasa rasa sekolah lagi.
   ‘’Pagi semua, apakah kalian bisa tidur?’’ sapaku pada Ibuku, kakek, dan Pak Joko yang sedang duduk duduk di balkon atas.
   ‘’Pagi, cucuku’’
    ‘’Pagi, Mawar’’
    ‘’Pagi, non’’
   ‘’Iiih, Pak Joko, kan’ sudah dibilang jangan panggil non lagi! Kita ini sudah bagaikan satu keluarga, kenapa Pak Joko masih manggil Mawar non?’’senyumku sembari menyiapkan 3 tangkai bunga mawar untuk sarapan mereka.
   ‘’Maaf non, saya sudah terbiasa dengan panggilan itu’’katanya sembari meminta maaf.
   ‘’Kau tidak perlu repot repot menyiapkan sarapan untuk kami, Mawar’’kata Ibu.
  ‘’Tidak apa apa kok, Bu. Aku malah senang menyiapkan sarapan untuk kalian’’ senyumku lagi.
  ‘’Tetapi, lihatlah dirimu, cu. Kau sudah 3 tahun tidak memakan daging, membuatmu sangatlah kurus. Kau hanya memakan buah buahan kan’?’’tanya kakek sembari mengambil setangkai mawar lalu memakannya.
  ‘’Ya, mau bagaimana lagi, Mawar tidak mempunyai banyak uang untuk membelinya, kek’’jawabku sembari meratapi 2 tangkai mawar yang tersisa.
  ‘’Kau tidak mau meninggalkan kami kan’?’’tanya ibuku sembari mengambil setangkai bunga mawar bagiannya.
  ‘’Nggak kok bu, hahahahaha’’kataku sembari tertawa kecil.
  ‘’Kita masih mempunyai banyak uang, lebih dari 1 miliar di brankas, belum lagi di bank. Dan kau tahu semua itu’’katanya lagi, sembari menatap ke arah mataku.
Aku menelan air liur sendiri dan bergumam,’’Ya, klo aku pergi nanti kalian bisa saja meninggalkanku sendiri’’ Air mataku mulai menetes, melewati kedua pipiku.
  ‘’Tidak mungkin, Mawar. Kita akan selalu ada disisimu sampai saat itu tiba’’ kata Kakek sembari mengusap air mataku.
  ‘’Maksud, kakek?’’
  ‘’Disaat surga terbuka untuk kami’’
  ‘’Tuh, kan’ aku mulai benci jika kalian mengatakan begitu’’ kesalku
  ‘’Tetapi kita tidaka akan meninggalkan, non sampai non menemukan orang orang yang baik disekeliling non’’ senyum Pak Joko.
Aku mulai tangis terisak isak sembari memeluk mereka bertiga, walau tidak bisa menyentuh langsung, aku masih bisa merasakan kehangatannya.
  ‘’Mawar, pergilah ke bank. Cairkan uang yang terdata di kartu ini. Kamu tidak bisa terus terusan seperti ini. Pergilah nak’’perintah Ibuku.
  Aku terdiam sejenak, menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya kembali. ‘’Aku sudah bilang aku tidak bisa meninggalkan kalian’’rengekku.
  ‘’Kami juga tidak bisa membiarkanmu terus-terusan seperti ini’’gumam Ibuku.
  ‘’Tidak bisa’’tolak-ku.
  ‘’Kami berjanji, akan terus berada disini sampai kamu kembali ke rumah ini’’janji Ibuku.
  Pak Joko, dan Kakek menganggukkan tanda setuju, ‘’Pergilah, kami akan setia menunggu, non’’kata Pak Joko.
  Mataku menatap langit langit rumahku yang sudah tua, lalu menurun mengenai keluargaku. Untuk kedua kalinya aku menghirup nafas dalam dalam dan menghembuskannya kembali. Aku hanya bisa mengangguk terpaksa karna janji tersebut. ‘Apakah mereka akan baik – baik saja?’
‘Apakah mereka tidak akan meninggalkanku sendiri?’
‘Apakah mereka tidak akan pergi?’
Pertanyaan-pertanyaan tersebut terngiang – terngiang dikepalaku. Pikiranku setengah tidak percaya akan janji janji manis tersebut, seakan teringat bahwa mereka sudahlah menjadi arwah. Mereka bisa pergi begitu saja ketika pintu surga terbuka untuk mereka. Dan bisa saja, ketika aku pergi mereka menghilang dan aku. Tidak bisa mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya.
  ‘’Mawar, pergilah. Kami akan menunggu disini. Percayalah Mawar’’kata Ibuku meyakinkanku. Ia berjalan mengarahku, lalu ia mendekap tubuhku secara pelan. Ibu yang telah terlihat transparan itu mendekapku dengan penuh kehangatan. Tetesan air mata mengalir melewati pipi. Seakan seperti drama yang biasa aku tonton sebelum kejadian ‘itu’.
  Tiba – tiba ia mengangkat wajahnya dan mengeluh, ‘’Hmmm, bau sekali anak Ibu. Mandi dulu sana sebelum pergi’’
  Tangisanku berhenti berganti menjadi senyum yang penuh tawa. ‘’Sebegitu baukah aku? Ibu juga belum mandi, tapi keren juga sih walaupun nggak mandi tapi tetep tidak tercium baunya. Jika Ibu belum jadi arwah dan nggak mandi selama 3 tahun mungkin Ibu sudah Uuuuuuhh bau sekali’’ ejekku.
  ‘’Hush mandi sanah’’kata Ibuku sembari tersenyum malu.
  Aku mempercepat langkahku menuju kamar mandi yang masih berfungsi di kota ini. Memang sudah 3 tahun, suatu keajaiban ada kamar mandi yang mempunyai air yang masih bisa mengalir dengan lancar. Yaa aku sangat mensyukurinya.
***
  Aku meraih handuk merahku dan menggosokkan ke seluruh badanku sehingga tidak ada lagi air yang membasahi badan kecilku ini. Lalu aku memakai baju terusan bewarna biru berenda dan memoleskan sedikit bedak di wajahku.
  ‘’Aku siap!’’semangatku.
  Aku menggapai gagang pintu kamar mandi dan berjalan menyusuri ruang makan tempat keluargaku berada sebelumnya. Tetapi mereka tidak ada.
‘Tidak ada’
‘Mereka kemana?’
  Aku berlari menyusuri rumah besar yang tua itu, mencari mereka yang sudah menjadi arwah. Terus mencari mereka tetapi tidak ketemu.
‘Dimana?’
‘’Dimana?’’isakku
‘’Mereka bohong? Nggak mungkin kan’? IBU! KAKEK! PAK JOKO’’aku berteriak memanggil mereka berharap mendapat sahutan dari salah satu dari mereka, tetapi tidak.
  Rumah itu sunyi, sepi tanpa ada tawa dan canda mereka bertiga. Tanpa ada rasa menyerah, aku terus berlari lari menyusuri ruangan demi ruangan, rumah demi rumah yang sudah hancur akan kejadian 3 tahun lalu. Tetapi mereka tetap tidak ada. Yang ada hanyalah arwah arwah yang sudah bersiap berjalan menuju surga. Aku menarik salah satu arwah itu dari salah satu barisan.
  ‘’Dimana mereka?’’bentakku.
  ‘’Siapa?’’tanyanya.
  ‘’Mereka, Ibu, Kakek, dan Pak Joko!?’’
  ‘’Mereka, sudah termakan cahaya’’jawabnya sembari kembali ke barisannya dan menghilang begitu saja.
  ‘Surga?’pikirku.
  Aku berlari menuju rumah besar megahku itu. Berlari menuju ruang makan dan mendapati sepucuk surat dan surat surat penting lainnya. Aku membukanya dengan pelan berharap mereka hanya pergi untuk sekedar jalan – jalan di kota lain dan malam nanti kembali sembari membawa buah tangan yang banyak. Tetapi tidak.
  ‘Maaf, kami melanggar janji kami. Maaf kami harus pergi, maafkan kami, Mawar’
  ‘Bohong, bohong, bohong’
  Berteriak sekencang apapun, menangis berkali kalipun mereka akan tetap tidak akan kembali. Mereka tlah abadi disana. Aku tidak bisa apa – apa, apa yang harus kulakukan? Meninggali kota ini? Hey Ibu yang sudah ada di surga, jawablah aku. Apa yang harus kulakukan? Kembalilah, tepati janjimu itu. Tuhan, ujian apa lagi ini?
***
  Kugapai ransel dan koper hitamku. Lalu membawanya keluar meninggali kota Vania yang penuh akan kenangan pahit dan bahagia, selamat tinggal. Aku menatapi langit biru yang sedikit berawan diatas sana. Dan berjalan menjauh melewati perbatasan menuju kota Dharma. Alangkah indahnya kota itu dihiasi oleh lampu – lampu jalan dan tanaman – tanaman yang terawat dengan indahnya. Kendaraan – kendaraan yang lalu lalang melewati jalan yang tertutupi aspal, toko – toko yang berjejer mengelilingi kota. Manusia – manusia yang mempunyai senyum indah dimukanya, tetapi tidak dihatinya.
  Seakan menggunakan topeng, mereka menutupi rasa hati yang sebenarnya. Penuh kebohongan dan kemunafikan. Bagaikan boneka yang diperalat pemiliknya.
  Kota ini seperti drama, akulah pemeran utamanya. Mereka hanyalah figuran. Ada yang baik, ada yang jahat. Ada yang menjadi penengah dan figuran. Lalu siapakah yang akan menjadi lawanku disini?
  Kugerek koper hitamku yang dilengkapi oleh 2 roda kecil dibawahnya, kebingungan di tengah keramaian kota. Berjalan tanpa arah mencari cari bank yang berada di kota ini.
‘Dimana ini?’
‘Aku dimana?’
  Pertanyaan yang tak mungkin terjawab jika aku terus bertanya dalam diam. Meratapi nasib dibawah langit biru nan cerah. ‘Aku sendirian’. Tidak tidak tidak.
  Aku menggelengkan kepalaku dan melihat sekelilingku, ‘’Setidaknya aku tidak sendirian di tengah kota ini’’ yang aku maksud aku tidak sendiri, masih banyak makhluk makhluk lain selain manusia manusia bertopeng itu. ‘Takut’ ‘Tolong, siapapun’
  ‘’Suara apa itu?’’ Aku mendengarkan suara rapuh ditengah keramaian kota. Sangat kecil tetapi terdengar begitu sangat menderita. Aku berlari tergopoh gopoh membawa barang bawaanku, mencari sumber suara tersebut.
  Aku terus berlari hingga berhenti disebuah rumah kosong, dan tidak menemukan siapapun. Bahkan arwah/makhluk lainnya tidak terlihat disana. Tempat itu sangatlah sunyi, dan gelap. Lalu siapa yang meminta pertolongan?
  Kugerek kembali koperku itu, berusaha berbalik menuju kota. Tetapi entah angin atau apa yang membuat pintu yang terbuka dengan lebarnya tertutup dengan tiba – tiba. Tempat itu menjadi benar benar gelap.
  Tetapi lama kelamaan muncullah sebuah cahaya yang menjadi besar dan menunjukkan sebuah wajah yang tidak asing.
  ‘’Tertangkap’’

End?
  

Ts kgk punya ide, nggak punya ide #dibacok
Btw, ini cuma ngelanjutin cerita yang keterusan #lel

:V 


Rehat

Bagi yang ngga tau, gue ngebuat komik di webtoon dengan judul 'cliche'. Komik tersebut sudah gue ulang sebanyak 3x dengan viewer yan...