I'm in love for the first time when someone said that i'm cute like other girls.
My heart can't stop pounding whenever i read his sweet word
After that, i realize that i already have a little feeling for him
and it will be bigger and bigger then become a real love.
I always teasing him, and make him remember my name
Only for noticed by him.
But someday i become jealous with my own friend
And this situation become a fight
After that, he hates me. And my friend.. Yes, we're done.
I really tired because of this complicated feeling.
This situation make me want to cry in the corner.
This pain is really hurt until now...
Even if i say sorry, it's already too late
Just pretend that i never have this feeling.
And try to love someone who will loves me back.
Because it's already goodbye.
p.s. : ini bukan ts <(") ini dusta < kebanyakn baca komik shoujo
Sabtu, 25 Oktober 2014
Love
When we're in love
We must be the happiest human in the world
Our time will ruin only for him
Blushing when he says sweet things
Act like an idiot when we're near him
Wish that he will love you back...
But sometimes, love is not that beautiful
When he already loves somebody
Sometime we must let him go
It will be hurt sometimes
But after that, we will know
what real love is
We must be the happiest human in the world
Our time will ruin only for him
Blushing when he says sweet things
Act like an idiot when we're near him
Wish that he will love you back...
But sometimes, love is not that beautiful
When he already loves somebody
Sometime we must let him go
It will be hurt sometimes
But after that, we will know
what real love is
Jumat, 17 Oktober 2014
Midtest song~
What is midtest
What is midtest
Do you know?
Do you know?
Mid test's just a paper
Mid test's just a paper
Let it go
Let it go
What is midtest
Do you know?
Do you know?
Mid test's just a paper
Mid test's just a paper
Let it go
Let it go
Jumat, 10 Oktober 2014
17 Agustus 2014
Ini post kedua hari ini _(:'v
Maso
Itu lagi joget balon OwO
Ini bag ceweknya OwO
Lagi - lagi hanya bisa nge-foto segini _(:'v
vavai
Maso
Itu lagi joget balon OwO
Ini bag ceweknya OwO
Lagi - lagi hanya bisa nge-foto segini _(:'v
vavai
Comifuro 2014
Dah lama nggak post tentang perjalananku belakangan ini OwO
Mumpung ada waktu <3 #soksibuk
Ini Shafira OwO yang memakai sweater hitam bunga bunga itu ts, di crop <3
lel
Yang paling kiri itu, Alda, Zelikha, Shafira, dan entah. Dia siapa? :V Dia cosu jadi Haru (Free!)
Ini namanya rame
Yak males nyebutin :v
Dah cuma segitu _(:'v saking bahagianya ngeliat OTP, mecan disana lupa ngefoto lebih banyak lagi :'v
Mumpung ada waktu <3 #soksibuk
Ini Shafira OwO yang memakai sweater hitam bunga bunga itu ts, di crop <3
lel
Yang paling kiri itu, Alda, Zelikha, Shafira, dan entah. Dia siapa? :V Dia cosu jadi Haru (Free!)
Ini namanya rame
Yak males nyebutin :v
Dah cuma segitu _(:'v saking bahagianya ngeliat OTP, mecan disana lupa ngefoto lebih banyak lagi :'v
Rabu, 08 Oktober 2014
No Name 1 (end?)
Disaat mentari
bersinar dengan terangnya, terdapat seorang gadis berumur 13 tahun yang tinggal
di sebuah rumah besar yang mewah. Ia adalah aku, namaku Mawar Arnoldy. Aku ini
gadis pemalu yang bisa membaca pikiran orang lain, dan aku ini mempunyai indera
keenam.
Aku sangat membenci kemampuan yang aku punya
ini, kemampuan yang aku punya membuat banyak orang ketakutan, bahkan orang
tuaku bercerai karena kemampuanku ini. Semua yang Ayah pikirkan terbaca olehku,
sehingga membuatnya murka. Pernah Ayah mengancam Ibuku, bila tidak membuangku
maka mereka akan bercerai. Aku yang hanya bisa memeluk erat Ibuku ini tidak
bisa melakukan apa apa, saat itu aku merasa Ayah benar benar murka, terbaca
olehku kata kata murka yang ia katakan didalam hatinya. Ibuku menolak dan pada
akhirnya mereka bercerai. Keesokan harinya, Ibu dan aku pindah kerumah Ibu yang
dulu. Rumah yang besar dan mewah, warisan terakhir yang diberikan oleh kakek
untuk Ibu. Sejak itulah aku mulai tinggal dirumah ini, rumah peninggalan
terakhir kakek.
Disaat umurku 10 tahun, Ibuku meninggal
karena tertabrak mobil yang dikendarai oleh seorang wanita yang mabuk di pagi
hari. Mobil itu menembus dinding yang rapuh karena termakan usia, dan menabrak
Ibuku yang sedang asyik menanam berbagai macam bunga bersamaku. Saat itu, aku
tersentak kaget, ketika melihat Ibuku penuh dengan darah disekujur tubuhnya. Aku
merasa ia masihlah hidup sehingga aku masih berusaha untuk menarik tubuhnya
sembari berteriak meminta pertolongan dan menangis. Ternyata ada yang mendengar
teriakannku, orang itu adalah Pak Joko, ia adalah sopir pribadi aku dan Ibu, ia
mulai berteriak dan menyuruh pengendara yang mabuk itu untuk turun. Tetapi
pengendara itu tidak mendengarkannya. Sempat terbaca olehku isi pikirannya
ingin membunuhnya juga, aku lalu berteriak agar Pak Joko untuk menghindar dari
sana. Pak Joko tidak mempedulikan teriakanku, dan ia terus berteriak untuk
meminta bertanggung jawaban. Akhirnya mobil itu mulai memundurkan mobilnya lalu
melaju kearah barat tempat Pak Joko berada lalu menabraknya. Aku hanya bisa
menyaksikannya untuk kedua kalinya, orang orang yang dekat denganku meninggal
dengan sadisnya. Setelah pengendara itu menabrak Pak Joko, ia mulai mengarahkan
mobilnya kearahku. Aku hanya bisa berlari keluar rumah, terus berlari setelah
ia terus menabrak rumah rumah kecil dan membunuh banyak korban dengan besi yang
kuat itu, terus, terus berlari yang pada akhirnya datanglah sekawanan polisi
yang tangguh mengelilinginya. Pengendara itu mulai menyerah dengan menghentikan
mesin mobil tersebut, tetapi datanglah kawanan orang yang tangguh membawa
senjata, membunuh semua polisi yang ada disana, orang orang yang masihlah hidup
hanya bisa ketakutan sembari melarikan diri. Mereka tidak peduli dengan harta
benda yang ia miliki, mereka hanya bisa berlari melarikan diri. Dan yang
kulakukan saat itu hanya bisa melihat satu demi satu nyawa yang keluar dari
masing masing tubuh yang sudah tidak bisa diselamatkan, nyawa nyawa itu
berterbangan dan meninggalkan tempat yang sudah bagaikan pembantaian masal saat
itu. Banyak pertolongan berupa polisi, dan orang orang tangguh lainnya. Tetapi
saat itu mereka tidak bisa diselamatkan lagi sama seperti yang lainnya nyawanya
satu demi satu keluar dari tubuhnya dan melayang ntah kemana. Pembantaian itu
terjadi selama 23 jam di kota Vania yang awalnya cerah saat itu sudah bagaikan
lautan darah dan api.
Hanya rumahku saja yang selamat saat itu,
dan kota yang menjadi tempat tinggalku menjadi kota paling angker di negriku,
mungkin sudah mendunia. Tak disangka sudah 3 tahun berlalu sejak pembantaian
tersebut. Pembantaian itu, berakhir ketika pemimpinnya yaitu pengendara mabuk
itu meninggalkan kota, dan merasa sudah tidak ada lagi yang hidup saat itu,
padahal aku hanya sembunyi di balik tembok yang sudah terbakar oleh api. Karena
rumahku adalah satu satunya rumah yang masih bisa berdiri, dipercaya banyak
arwah yang bergentayangan dirumahku, sehingga tidak ada yang mau kerumahku
kecuali buronan yang sembunyi dirumahku agar tidak ketahuan oleh polisi dan
anak anak nakal yang beruji nyali dirumahku, tetapi pada akhirnya mereka
ketakutan karena melihatku memakai pakaian putih dengan rambut digerai. Walaupun
dirumahku masihlah ada arwah Ibu, Kakek dan Pak Joko yang menemaniku, bagiku
rumah angker itu bukanlah neraka tetapi bagaikan surga bagiku, hanya merekalah
yang masih mau menemaniku.
Suatu hari, Ibu
menyarankanku untuk meneruskan sekolahku, karena aku sudah 3 tahun tidak
sekolah sejak pembantaian 3 tahun yang lalu. Aku hanya menganggukan kepala
sembari terus membacakan sebuah cerita yang aku buat. Aku tahu cerita itu tidak
masuk akal, tetapi ntah kenapa mereka menyukainya. Ntah kenapa sampai sekarang
aku belum merasakan rasa rasa sekolah lagi.
‘’Pagi semua, apakah kalian bisa tidur?’’
sapaku pada Ibuku, kakek, dan Pak Joko yang sedang duduk duduk di balkon atas.
‘’Pagi, cucuku’’
‘’Pagi, Mawar’’
‘’Pagi, non’’
‘’Iiih, Pak Joko, kan’ sudah dibilang jangan
panggil non lagi! Kita ini sudah bagaikan satu keluarga, kenapa Pak Joko masih
manggil Mawar non?’’senyumku sembari menyiapkan 3 tangkai bunga mawar untuk
sarapan mereka.
‘’Maaf non, saya sudah terbiasa dengan
panggilan itu’’katanya sembari meminta maaf.
‘’Kau tidak perlu repot repot menyiapkan sarapan
untuk kami, Mawar’’kata Ibu.
‘’Tidak apa apa kok,
Bu. Aku malah senang menyiapkan sarapan untuk kalian’’ senyumku lagi.
‘’Tetapi, lihatlah
dirimu, cu. Kau sudah 3 tahun tidak memakan daging, membuatmu sangatlah kurus.
Kau hanya memakan buah buahan kan’?’’tanya kakek sembari mengambil setangkai
mawar lalu memakannya.
‘’Ya, mau bagaimana
lagi, Mawar tidak mempunyai banyak uang untuk membelinya, kek’’jawabku sembari
meratapi 2 tangkai mawar yang tersisa.
‘’Kau tidak mau
meninggalkan kami kan’?’’tanya ibuku sembari mengambil setangkai bunga mawar
bagiannya.
‘’Nggak kok bu,
hahahahaha’’kataku sembari tertawa kecil.
‘’Kita masih mempunyai
banyak uang, lebih dari 1 miliar di brankas, belum lagi di bank. Dan kau tahu
semua itu’’katanya lagi, sembari menatap ke arah mataku.
Aku menelan air liur sendiri dan bergumam,’’Ya, klo aku pergi
nanti kalian bisa saja meninggalkanku sendiri’’ Air mataku mulai menetes,
melewati kedua pipiku.
‘’Tidak mungkin,
Mawar. Kita akan selalu ada disisimu sampai saat itu tiba’’ kata Kakek sembari
mengusap air mataku.
‘’Maksud, kakek?’’
‘’Disaat surga terbuka
untuk kami’’
‘’Tuh, kan’ aku mulai
benci jika kalian mengatakan begitu’’ kesalku
‘’Tetapi kita tidaka
akan meninggalkan, non sampai non menemukan orang orang yang baik disekeliling
non’’ senyum Pak Joko.
Aku mulai tangis terisak isak sembari memeluk mereka bertiga,
walau tidak bisa menyentuh langsung, aku masih bisa merasakan kehangatannya.
‘’Mawar, pergilah ke
bank. Cairkan uang yang terdata di kartu ini. Kamu tidak bisa terus terusan
seperti ini. Pergilah nak’’perintah Ibuku.
Aku terdiam sejenak,
menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya kembali. ‘’Aku sudah bilang aku
tidak bisa meninggalkan kalian’’rengekku.
‘’Kami juga tidak bisa
membiarkanmu terus-terusan seperti ini’’gumam Ibuku.
‘’Tidak
bisa’’tolak-ku.
‘’Kami berjanji, akan
terus berada disini sampai kamu kembali ke rumah ini’’janji Ibuku.
Pak Joko, dan Kakek
menganggukkan tanda setuju, ‘’Pergilah, kami akan setia menunggu, non’’kata Pak
Joko.
Mataku menatap langit
langit rumahku yang sudah tua, lalu menurun mengenai keluargaku. Untuk kedua
kalinya aku menghirup nafas dalam dalam dan menghembuskannya kembali. Aku hanya
bisa mengangguk terpaksa karna janji tersebut. ‘Apakah mereka akan baik – baik
saja?’
‘Apakah mereka tidak akan meninggalkanku sendiri?’
‘Apakah mereka tidak akan pergi?’
Pertanyaan-pertanyaan tersebut terngiang – terngiang
dikepalaku. Pikiranku setengah tidak percaya akan janji janji manis tersebut,
seakan teringat bahwa mereka sudahlah menjadi arwah. Mereka bisa pergi begitu
saja ketika pintu surga terbuka untuk mereka. Dan bisa saja, ketika aku pergi
mereka menghilang dan aku. Tidak bisa mengucapkan selamat tinggal untuk
terakhir kalinya.
‘’Mawar, pergilah.
Kami akan menunggu disini. Percayalah Mawar’’kata Ibuku meyakinkanku. Ia
berjalan mengarahku, lalu ia mendekap tubuhku secara pelan. Ibu yang telah
terlihat transparan itu mendekapku dengan penuh kehangatan. Tetesan air mata
mengalir melewati pipi. Seakan seperti drama yang biasa aku tonton sebelum
kejadian ‘itu’.
Tiba – tiba ia
mengangkat wajahnya dan mengeluh, ‘’Hmmm, bau sekali anak Ibu. Mandi dulu sana
sebelum pergi’’
Tangisanku berhenti
berganti menjadi senyum yang penuh tawa. ‘’Sebegitu baukah aku? Ibu juga belum
mandi, tapi keren juga sih walaupun nggak mandi tapi tetep tidak tercium
baunya. Jika Ibu belum jadi arwah dan nggak mandi selama 3 tahun mungkin Ibu
sudah Uuuuuuhh bau sekali’’ ejekku.
‘’Hush mandi
sanah’’kata Ibuku sembari tersenyum malu.
Aku mempercepat langkahku
menuju kamar mandi yang masih berfungsi di kota ini. Memang sudah 3 tahun,
suatu keajaiban ada kamar mandi yang mempunyai air yang masih bisa mengalir
dengan lancar. Yaa aku sangat mensyukurinya.
***
Aku meraih handuk
merahku dan menggosokkan ke seluruh badanku sehingga tidak ada lagi air yang
membasahi badan kecilku ini. Lalu aku memakai baju terusan bewarna biru berenda
dan memoleskan sedikit bedak di wajahku.
‘’Aku
siap!’’semangatku.
Aku menggapai gagang
pintu kamar mandi dan berjalan menyusuri ruang makan tempat keluargaku berada
sebelumnya. Tetapi mereka tidak ada.
‘Tidak ada’
‘Mereka kemana?’
Aku berlari menyusuri
rumah besar yang tua itu, mencari mereka yang sudah menjadi arwah. Terus
mencari mereka tetapi tidak ketemu.
‘Dimana?’
‘’Dimana?’’isakku
‘’Mereka bohong? Nggak mungkin kan’? IBU! KAKEK! PAK
JOKO’’aku berteriak memanggil mereka berharap mendapat sahutan dari salah satu
dari mereka, tetapi tidak.
Rumah itu sunyi, sepi
tanpa ada tawa dan canda mereka bertiga. Tanpa ada rasa menyerah, aku terus berlari lari menyusuri ruangan demi ruangan, rumah demi rumah
yang sudah hancur akan kejadian 3 tahun lalu. Tetapi mereka tetap tidak ada.
Yang ada hanyalah arwah arwah yang sudah bersiap berjalan menuju surga. Aku
menarik salah satu arwah itu dari salah satu barisan.
‘’Dimana
mereka?’’bentakku.
‘’Siapa?’’tanyanya.
‘’Mereka, Ibu, Kakek,
dan Pak Joko!?’’
‘’Mereka, sudah
termakan cahaya’’jawabnya sembari kembali ke barisannya dan menghilang begitu
saja.
‘Surga?’pikirku.
Aku berlari menuju rumah
besar megahku itu. Berlari menuju ruang makan dan mendapati sepucuk surat dan
surat surat penting lainnya. Aku membukanya dengan pelan berharap mereka hanya
pergi untuk sekedar jalan – jalan di kota lain dan malam nanti kembali sembari
membawa buah tangan yang banyak. Tetapi tidak.
‘Maaf, kami melanggar
janji kami. Maaf kami harus pergi, maafkan kami, Mawar’
‘Bohong, bohong,
bohong’
Berteriak sekencang
apapun, menangis berkali kalipun mereka akan tetap tidak akan kembali. Mereka
tlah abadi disana. Aku tidak bisa apa – apa, apa yang harus kulakukan?
Meninggali kota ini? Hey Ibu yang sudah ada di surga, jawablah aku. Apa yang
harus kulakukan? Kembalilah, tepati janjimu itu. Tuhan, ujian apa lagi ini?
***
Kugapai ransel dan
koper hitamku. Lalu membawanya keluar meninggali kota Vania yang penuh akan
kenangan pahit dan bahagia, selamat tinggal. Aku menatapi langit biru yang
sedikit berawan diatas sana. Dan berjalan menjauh melewati perbatasan menuju
kota Dharma. Alangkah indahnya kota itu dihiasi oleh lampu – lampu jalan dan
tanaman – tanaman yang terawat dengan indahnya. Kendaraan – kendaraan yang lalu
lalang melewati jalan yang tertutupi aspal, toko – toko yang berjejer
mengelilingi kota. Manusia – manusia yang mempunyai senyum indah dimukanya,
tetapi tidak dihatinya.
Seakan menggunakan
topeng, mereka menutupi rasa hati yang sebenarnya. Penuh kebohongan dan
kemunafikan. Bagaikan boneka yang diperalat pemiliknya.
Kota ini seperti
drama, akulah pemeran utamanya. Mereka hanyalah figuran. Ada yang baik, ada
yang jahat. Ada yang menjadi penengah dan figuran. Lalu siapakah yang akan
menjadi lawanku disini?
Kugerek koper hitamku
yang dilengkapi oleh 2 roda kecil dibawahnya, kebingungan di tengah keramaian
kota. Berjalan tanpa arah mencari cari bank yang berada di kota ini.
‘Dimana ini?’
‘Aku dimana?’
Pertanyaan yang tak
mungkin terjawab jika aku terus bertanya dalam diam. Meratapi nasib dibawah
langit biru nan cerah. ‘Aku sendirian’. Tidak tidak tidak.
Aku menggelengkan
kepalaku dan melihat sekelilingku, ‘’Setidaknya aku tidak sendirian di tengah
kota ini’’ yang aku maksud aku tidak sendiri, masih banyak makhluk makhluk lain
selain manusia manusia bertopeng itu. ‘Takut’ ‘Tolong, siapapun’
‘’Suara apa itu?’’ Aku
mendengarkan suara rapuh ditengah keramaian kota. Sangat kecil tetapi terdengar
begitu sangat menderita. Aku berlari tergopoh gopoh membawa barang bawaanku,
mencari sumber suara tersebut.
Aku terus berlari
hingga berhenti disebuah rumah kosong, dan tidak menemukan siapapun. Bahkan
arwah/makhluk lainnya tidak terlihat disana. Tempat itu sangatlah sunyi, dan
gelap. Lalu siapa yang meminta pertolongan?
Kugerek kembali
koperku itu, berusaha berbalik menuju kota. Tetapi entah angin atau apa yang
membuat pintu yang terbuka dengan lebarnya tertutup dengan tiba – tiba. Tempat
itu menjadi benar benar gelap.
Tetapi lama kelamaan
muncullah sebuah cahaya yang menjadi besar dan menunjukkan sebuah wajah yang
tidak asing.
‘’Tertangkap’’
End?
Ts kgk punya ide, nggak punya ide #dibacok
Btw, ini cuma ngelanjutin cerita yang keterusan #lel
:V
Langganan:
Postingan (Atom)
Rehat
Bagi yang ngga tau, gue ngebuat komik di webtoon dengan judul 'cliche'. Komik tersebut sudah gue ulang sebanyak 3x dengan viewer yan...
-
Ini lanjutan yang tadi Jangan tanya kenapa gue selalu ngasih judul random, itu tandanya post-nya ngga mutu #kicked Ini cuma buat kenangan ...
-
Yuuuhuu, sengaja dibuat part-part-an karna lagi ngga pengen ribet OwO Kali ini ngebahas tentang ujian praktekku kemarin OwO sayang aku cum...