Rabu, 08 Agustus 2018

Rehat

Bagi yang ngga tau, gue ngebuat komik di webtoon dengan judul 'cliche'. Komik tersebut sudah gue ulang sebanyak 3x dengan viewer yang terus merosot tiap sesinya. Kenapa gue ulang hingga begitu banyak? Karena gue menuntut kesempurnaan. Ah ngga, setidaknya gue pengen komik gue mempunyai alur yang bisa mengalir dengan natural. Bisa mengajak pembaca untuk merasakannya. Perasaan yang bisa membuat mereka ikut pacu jantung. Juga, komik ini bisa dibilang rumit untuk gue. Gue emang mendesain komik ini agar mempunyai berbagai macam komplikasi yang tak terduga. Sampai saat ini, komik itu seakan tidak bernyawa. Rasanya itu seperti memikirkan bagaimana sebuah hubungan rumah tangga bisa bertahan hingga ajal. Jadi dengan selfishnya, gue pengen rehat dari komik ini dan pindah ke komik yang (mungkin) bisa gue ayomi. Setidaknya untuk skill gue yang sekarang.

Pengecut. Kata itu yang menghantui gue ketika gue memutuskan untuk rehat. Apa boleh buat, gue juga sakit hati dan udah hilang gairah tiap menyusun scriptnya. Ngga sesuai ekspektasi, maupun mendekatinya. Lucu sekali karna komik ini, gue bahkan ngga berani buat membuat projek lain. Cuma bisa membayangkan, dan menulis idenya di telepon pintar gue. Tidak berani merealisasikannya.

Lagi-lagi gue kembali mengambil keputusan riskan, gue juga begitu pas re-make komik gue. Padahal dah dibilang gausah dire-make tapi guenya batu. Gue merasa klo gue kekanakan banget, dan gue ngga suka itu.

"Gue cuma mampu berharap biar gue ngga lagi melarikan diri jika gue beneran pindah ke lain komik. Setidaknya gue bisa belajar dari segi alur dan cerita. Menghidupkan tiap karakter yang bersemayam didalamnya." Miris ya, gue bilang itu pas gue remake kemarin. Nyatanya gue pengen lepas tanggung jawab. Kayak gue sebagai orangtua yang cuma pengen enaknya, jika anaknya tumbuh tidak sesuai ekspektasi, anak tersebut akan gue bunuh kemudian gue bakal bikin yang baru. Sesederhana itu. Analoginya kejam banget ya?




Selasa, 07 Agustus 2018

Kucing

Gue sudah lama mempunyai kucing baru, sebenarnya gue sendiri ngga tau milik siapa kedua kucing ini. Kadang mereka suka datang untuk meminta makan pada keluarga gue, namun mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan pekerja mama gue. Thankfully, they got the love they deserve


Kucing bewarna cokelat dengan belang hitam ini namanya Usop. Bukan gue yang menamakannya jadi harap maklum. Kucing ini mengingatkanku akan Frossa, tubuhnya gempal karna diberi banyak makanan. Dia ngga suka gue. Belakangan ini-mungkin karna trauma dia selalu lari jika gue mendekat. Sepertinya kakak gue berhasil brain washed doi biar ngga deket deket gue. Asem.

Dia ngga galak sih, cuma sama gue doang keknya doi jadi galak. Bisa diliat di fotonya, itu muka setelah dia menyiksa tangan gue.









Yang ini namanya Jahe. Yes, i named it! Tapi papa gue lebih sering manggil dia kunyit. Karna dia kuning.

Dia lebih hiperaktif dari usop, suka diajak main, dan tentunya suka gigit. Apalagi sejak gue mandiin. Mungkin doi juga trauma kayak Usop. Ohiya, dia gabisa diem. Dan suka ngerusakin karpet.


Kedua kucing gue(?) ini sebenarnya ngga akrab, walau gue sering ngeliat mereka main dan minta makanan bareng ke gue. Contoh, ketika gue deketin usop ke jahe dia, doi bakal nonjokin jahe. Lucunya, walau usop keliatan kayak bantongan (semacam preman di kalangan kucing(?)) tapi hatinya hello kitty. Doi ngga bisa mempertahankan kekuasaannya jadi dia bakal ngasih makanan dia buat kucing liar lain.

Hi

Belakangan ini gue merasakan mood swing. Gue ngga pernah merasa begitu melow sejak aku menginjakkan kaki ke SMA. Seakan hidupku yang aku anggap, 'oh, aku masuk SMA yang ngga terlalu terkenal. Setidaknya gue bisa menjalani hidup gue dengan hepi' sayangnya tidak. Gue senang menjalaninya, namun tidak sepenuhnya. Seperti yang kalian lihat, gue suka banget menulis meskipun bukan seperti air yang memenuhi sebagian besar dari tubuh gue. Gue bisa hidup tanpanya. Mungkin. Sedikit menyesakkan jika gue harus memikirkannya tanpa bisa menuangkannya. Bisa dibilang gue merasa malu, malu akan tulisanku yang penuh kata perulangan. Juga tidak mengalir bagiakan air. Seperti sebatang kayu yang tersendat karna bebatuan di tengah sungai. Sama seperti menggambar maupun menyanyi atau hal apapun yang gue akui bisa, gue ngga bisa menumpahkannya. Gue merasa takut walau hanya menggambar lingkaran, bahkan gue lupa bagaimana rasanya menyanyi dengan bebas. Gue merasa ngga nyaman dan ketakutan. Bodoh, kata gue.

Gue ngga mendapat perguruan tinggi negeri, walau gue sudah memilih jurusan yang menurutku kurang diminati. Bahkan gue ngga ngerti kenapa bisa memilih jurusan tersebut. Dibenak gue berkata 'yang penting masuk PTN'. Gue sedikit bersyukur sebenarnya ngga mendapat PTN. Gue terlambat menyadari bahwa gue mempunyai warna yang berbeda. Andai gue bisa tegas dalam menyadarinya, mungkin orangtuaku tidak perlu mengeluarkan kocek hingga puluhan juta. Demi anak yang bahkan tidak tahu terimakasih. Orangtua mana yang tidak terluka melihat anak yang sudah dididik dengan sangat baik, menyiraminya dengan berbagai kasih sayang dan harta, berakhir menjadi seseorang yang mengecewakan seperti gue? Gue kehilangan arah. Gue bahkan ngga tau akan jadi apa nanti. 

Memang, gue belum menghirup udara perkuliahan. Gue belum bisa menghilangkan ketakutanku akan kehidupan. Gue juga ngga bisa menjamin bila gue akan bahagia nantinya. Apa gue juga akan merasakan hal yang sama atau lebih buruk? Gue merasa kehilangan jati diri gue.


Rehat

Bagi yang ngga tau, gue ngebuat komik di webtoon dengan judul 'cliche'. Komik tersebut sudah gue ulang sebanyak 3x dengan viewer yan...