Disaat bulan
purnama telah muncul. Aku sudah terbiasa tidur tanpa bernafas, maksudku aku
sudah benar benar seperti orang mati. Bagiku itu sangat biasa, tetapi saat aku
tidak sengaja tertidur di ruang keluarga. Ibuku ingin memindahkanku ke kamar,
Ibuku bingung ketika melihatku seperti orang meninggal. Ibuku langsung menangis
dan berteriak memanggil Ayahku dan Mbak Putri. Semuanya menyentuhku untuk
memeriksa denyut matiku yang memang biasa terhenti ketika bulan purnama tiba.
Mereka langsung menangis dan memanggil sebuah mobil Ambulance. Bunyi sirene
mobil ambulance sialan itu membuatku risih, hingga terbawa dalam mimpiku yang
masih bertemakan perang dunia ke-3. Orang orang langsung menggotongku ke mobil
yang sudah membuatku risih, dan membawaku ke rumah sakit. Orang tuaku kaget
ketika aku sudah dinyatakan meninggal, dan mereka menangis bagaikan anak yang
kehilangan handuk kusut, usang and
BAU! Euuw. Sedangkan Mbakku menangis bagaikan anak berumur 5 tahun. UWEEK
UWEEK, HUWEEK lalu muntah dengan sukses. Dan entah mengapa seisi kamar termasuk
suster dan dokter sudah seperti banjir dengan air mata.
Sesudahnya aku
dimandikan, aku digotong kerumah BESARku tetapi penuh dengan hal hal yang penuh
dengan kesialan. Aku ditidurkan disebuah tempat tidur terbuat dari kayu yang
kasurnya sudah dipindahkan di gudang. Dan aku hanya ditidurkan beralaskan
tikar, yang dibawah tempat tidur itu ada 3 bongkah es yang diletakkan dalam
baskom dan berbagai macam bunga 7 rupa. Tidak sengaja aku mendengar permintaan
anak anak kecil. Ingin dibegitukan, dibeginikan. SUSAH DIJELASIN! Dan dalam
mimpiku aku menjawab, ‘’SAKIT TAHU, SAKIT! UDAH BAWAH DINGIN PULA’’ Saat itu
aku malas membuka mata, jadi aku melanjutkan tidurku. Tidak sadar bahwa
pakaianku sudah diganti oleh kain kafan yang membuatku seperti pocong betulan.
Memangnya aku sudah mati?
Aku digotong lagi
dengan mobil jenazah. Sebelumnya aku dibawa disebuah peti lalu digotong ramai
ramai oleh 2 orang dewasa dan berbagai macam anak kecil, dari yang ganteng, lumayan dan UGH LUAR BIASA,
BIASA! Putih, cokelat, sawo matang,
hitam, dan hitam legam. Untung saat itu lagi ada matahari kalau nggak ntu anak
yang kelihatan hanya giginya doang lagi. Aku sangat beruntung karena ada lubang
kecil dibagian hidung dan kaki di sebuah peti dengan ukiran yang aneh itu. Di
perjalananku, aku ditemani oleh om-ku, Ayahku, Ibuku, dan 2 anak anak kecil
dari ganteng dan yang LUAR BIASA, BIASA. Aku tidak sengaja mengeluarkan gas
yang menakjubkan disana sehingga seisi mobil menutup hidungnya sampai mereka
bisa keluar dari sana.
Aku digotong
kembali disebuah liang tanah yang sudah digali sebelumnya. Lalu aku dimasukkan
di liang tanah itu. Kakak perempuanku yang gila itu memasukkan tabung oksigen
serta alat yang buat bernafas. Dan orangtuaku memasukkan harta bendaku, seperti
emas, tas, handphone, dan sebuah dompet penuh uang tunai. Lalu mereka
melemparku dengan bunga bunga warna warni dan menutupku dengan tanah. Siapa
yang mematikan lampu? Aku merasa saat itu banyak yang nangis lalu aku tidur
kembali.
Benar benar, aku
tidak bisa nafas! Sesak, GELAP! Aku mera raba disekitarku, dan aku menduga itu
adalah tabung gas. Dan ternyata benar itu adalah sebuah botol minum yang
dilempar anak kecil yang tidak berprikemanusiaan. Aku mera raba disebelah
kiriku dan itu benar benar sebuah senter yang sepertinya tadi jatuh saat Ayahku
memasukkanku disini. Aku menyalakannya, aku menggulingkan badan kekiri, kekanan.
Dan meraba raba keatas dan berhasil menemukan tabung gas. Dengan sigap aku
memakainya, dan aku bisa bernafas. Aku berharap bisa keluar.
Ketika aku sedang
tertidur, ada bunyi berisik seperti orang yang menggali kubur. Aku mematikan
senterku dan terbangun lalu berpura pura meninggal. Orang itu seperti mengambil
satu demi satu papan kayu yang menutupiku lalu melemparnya. Dan sepertinya
orang itu melihatku saat aku memakai tabung oksigen untuk bernafas. ‘’Dasar
keluarga gila, orang mati dipakein tabung oksigen. Lumayan sih, tabung oksigen
kan’ mahal’’katanya sembari mengambil tabung oksigen itu lalu melemparnya.
‘’Wah, benar dugaanku ada banyak harta disini, kaya banget
keluarganya’’lanjutnya sembari ingin mengambil harta bendaku. Ketika orang it hampir
menyentuh barangku. Aku bangun lalu berteriak, ‘’BAAAAAAAAAAAA, NAPA LOE MAU
RAMPOK YEE? ENAK E’ KERJA SONO’’. Orang itu pingsan dengan sukses. ‘’Halah kok
tidur, iki tu piye? (ini tuh gimana)’’bingungku. ‘’Ya uwes (Yaudah). Balek
ah’’kataku sembari berusaha bangun dan meloncati orang itu. Sebelumnya aku
mengambil tasku, dompet, dan emasku. ‘’Emas gopean gini dikasih ke aku, salah
ngambil atau sengaja nih, taro aja ah. Untung untung imbalan buat ngegali ni
kuburan. Harus punya nyali nih yang ngebuka kuburan orang’’kataku sembari
melempar emas gope-an itu, lalu berusaha naik. Loncat, loncat, loncat. ‘’Iki
ganggu aja’’kesalku sembari mengeluarkan tanganku lalu memanjat liang kubur
yang bagaikan panjat tebing biar GREGET.
Sesampainya aku
diatas aku terus meloncat zig zag, kanan ke kiri, kiri ke kanan. Feels like
pocongsta. Aku melihat ada sepasang kekasih yang duduk berdua diatas batu
nisan. Kebetulan aku buta arah lalu aku meloncat kearahnya. Aku berhenti
dibelakang mereka. ‘’Mas, mbak’’panggilku. ‘’Apaan sih, ganggu a-‘’kata
ceweknya. ‘’POCONG!’’teriak cowoknya lalu menarik tangan ceweknya kabur
meninggalkanku. ‘’Hah pocong?’’bingungku menengok kearah belakang. ‘’Dasar
tukang boong’’kesalku. ‘’Ya uwes lah naek taksi aja’’.
Aku menunggu sebuah
taksi diperempatan, tetapi tidak ada yang lewat. Yang ada hanyalah tukang ojek
yang masih mangkal di bawah pohon beringin. ‘’Mas, masih ngojek?’’tanyaku.
‘’Masih’’jawabnya lalu menengok kearahku. ‘’SETAAN’’soraknya lalu berlari
sembari mata masih menatapku dengan ketakutan, dan tidak sadar ada pohon disana
lalu. BRUKK. Ia menabrak pohon bagaikan di kartun kartun lalu pingsan. ‘’Halah,
yang ini pingsan. Pinjem ya mas, atau
nggak aku beli deh, nih duitnya. Ba bay chyin’’kataku sembari melempar semua
isi uang tunai yang ada di dompetku. Lalu menaiki motor itu walaupun tidak tahu
caranya.
Diperjalanan ada 2
orang anak lelaki yang sedang membicarakan tentang game bernama ‘’Dread In’’.
‘’Keren banget ya game-nya’’kata anak pertama. ‘’Iya ada pocong naik motor kek
itu’’kata anak kedua sembari menunjuk nunjuk tangannya kearahku. Mereka melihat
kearahku, dan aku hanya tersenyum. Lalu mereka pingsan. ‘’Pulang ah~’’.
Dirumah aku
mempunyai pintu belakang yang jarang dilewati, lalu aku menaruh motor itu
disebuah gudang lalu berjalan melewati pintu belakang dan berjalan kearah
kamarku. Memang sih waktu aku memasuki rumah memang seperti ada yang sedang
membaca Yassin. ‘’Yang mati tuh siapa sih?’’bingungku sembari menggosok badanku
yang sudah tersiram oleh air hangat yang muncul dari shower. Aku keluar dari
kamar mandi yang ada dikamarku, lalu aku membuka lemari dan mengambil pakaian
bekas lebaran kemarin dengan celana jeans. Aku juga membawa buku doa’-ku yang
terletak di sebuah lemari yang berisikan buku buku pelajaran dibagian atas.
Ternyata mereka sudah selesai dan mereka sudah melakukan shalat berjama’ah. Aku
menaruh buku doa’ itu dan mengambil mukena dan sajadah yang tidak jauh dari
sebuah meja yang sudah disediakan. Aku mengambil wu’dhu lalu mengambil tempat
disebelah Ibuku. Ketika Shalat Isya itu selesai. Aku menyalami Ibuku, lalu
berkata. ‘’Ma, aku laper. Ada makanan apa?’’. Ibuku bingung dan menengok
wajahku lalu berteriak keras. Seisi ruangan langsung kaget dan menengok kearah
Ibuku. ‘’Sisy?’’katanya tidak percaya. Aku mengangguk. ‘’Siapa lagi? Aku lapar
Ma!’’. ‘’Kamu masih hidup?’’. ‘’Iya Ma, aku tidak mati’’. ‘’Bagaimana bisa? Kau
sudah ada di liang kubur’’senangnya lalu memelukku. ‘’Berterima kasihlah pada
sang perampok kuburan’’.
‘’Kamu tidak
mati?’’senang Mbak-ku. Aku menghela nafas dan menjelaskan jika setiap bulan
purnama aku memang biasa tertidur bagaikan orang yang benar benar tidak
bernafas. ‘’Oo, kenapa kamu tidak kasih tahu Mama? Mama sampai stress mikirin
kamu, nak’’kata Ibuku sembari memelukku. ‘’Ayo kita ceritakan lebih
banyak’’kata Ayahku sembari menepuk nepuk badanku.
...
You KnoW? SAKIT!
...
(ini bukan cerita asli bro, jangan dimasukin kehati,
semuanya BELAKA BRO)
>>Skipp
Hari ini aku ke
kampung halamanku di Jawa Tengah. Aku datang bersama saudara saudaraku yang
dari kampung ke Jakarta karena berita meninggalku itu. Konyol banget ya? Aku
melewati sawah, gunung, pantai, dan langit (lol). Sebuah kenangan GREGET dimulai disini.
( Ini juga boong bro)
(namanya doang yang boong)
(yang asli pikir aja :D)
(Have fun)
(Kalo kagak demen jangan maksa baca)
(Nanti GARING lagi)
(Lanjut bro)
(kripiknya bro?)
(Atau mau minum?)
(Mau apa bro? Cepe? Gope? GAMPANG BRO, GUE PUNYA. Tapi yang
logam)
(Oke bro :D :*)
(BRO, INI ADA HASIL KARANGAN. KALO MAU TAHU MANA YANG ASLI
TANYA SANG CREATOR)
(ENJOY BRO)
Ehm, mulai dari
mana ya? Oh iya, jika sedang berkumpul anak anak kecilnya itu banyak. Jadi aku
lumayan suka menjahilinya. Yang aku suka adalah bayi yang masih berumur 1
tahun. Pipinya endut kaya bakpao. Aku juga punya saudara yang masih kecil
namanya Duna. ‘’EMOOH’’itu yang hanya kudengar dari mulutnya. Selain itu, ia
hanya tersenyum lalu bergerak gerak menggeliat kalau digendong olehku. Oh iya
dedek Cuya walaupun cowok anak itu banyak nanya. Oke STOP ngomongin saudara
GUE.
>>Skip
Aku mengambil
sebuah pedang mainan yang ada di depan tv dan membawanya ke kamar Mbak Yaya.
Ketika melihat Cica sedang tidur tiduran disebuah kasur, aku memasang gaya
layaknya pembunuh kelas kakap. ‘’Dengan pedang ini..’’ ‘’Tunggu itu keris’’.
Aku melihat pedang itu yang ternyata adalah sebuah keris mainan. ‘’Dengan keris
ini...’’ ‘’Tunggu, mbak mau bunuh saya?’’. ‘’BUKAN, saya mau cebokin elu’’.
‘’Cebokin pake apa mbak?’’.’’Pake MIRAS’’.’’Miras apa mbak?’’.’’MIRAS MERK
BINTANG’’.’’Bintang apa mbak?’’.’’Bintang KEJORA’’.’’Kejora apa
mbak?’’.’’Banyak cingcong kue (kamu)’’kesalku sembari memperagakan seperti
orang yang menusuk seseorang lalu menariknya kembali.
‘’AWW’.’’TELAAAAAAAT’’sorakku. Ia menggesek gesekkan kakinya. ‘’MAYAT NGGAK
BOLEH GERAK!’’sorakku lagi. ‘’Oh iya’’. ‘’MAYAT NGGAK BOLEH NGOMONG’’.
‘’Bukannya nggak boleh bedon, EMANG KAGAK BISA!’’. ‘’Ooh iya lupa, KOK LU MAYAT
NGOMONG SIH!?’’. ‘’Lupa bang ampun’’katanya sembari memperagakan seperti orang
meninggal. ‘’MAYAT KOK NAFAS??’’. ‘’Dah pernah ngerasain liang kubur
belum!?’’kesalnya. ‘’Udah’’senyumku. Ia mengingat ingat kembali. ‘’Oh iya, lali
(lupa)’’.
Suddenly anak kecil
datang BRING HER OR HIS TOY (halah bing ngasal gpp lah. BING kagak niat
ini)kesini. ‘’Oke anak anak, ini kan’ ada mayat’’kataku. ‘’Ya’’sorak mereka.
‘’Tahu cara banguninnya gak?’’tawarku. Mereka mengangguk mau. ‘’Oke, pertama
kelitikin badannya’’kataku sembari mengklitikkan badannya dari perut ke kepala.
‘’Masih nggak mau bangun tuh, AHA. Kedua TIMPUKIN RAME RAME’’sorakku yang
bersiap siap menimpuknya dengan anak anak kecil itu. ‘’AMPUN AMPUN, AKU
BANGUN’’. ‘’VICTORY OF GREGET!’’
>>Skip
‘’Oke sahabat
youtube, saatnya untuk memasak nasi goreng!’’kataku yang sudah memasang rekaman
sebelumnya. ‘’Oke sahabat youtube, kali ini kita akan memasak nasi goreng
yummy! Yuk, ikutin terus!’’kata Cica. ‘’Pertama kupas bawang putih dan bawang
merah. Lalu cingcang sampai halus’’kata Cica sembari memperagakannya. ‘’Itu
halus, Ca?’’. ‘’Nggak tuh, bodo ah’’katanya sembari memasukkan hasil
cingcangannya ke wajan yang sudah ada lelehan menteganya. ‘’Oke, sekarang
masukkan telur yang sudah dikasih garam’’katanya lagi sembari memasukkan
semangkok telur ke dalam wajan lalu aku mengaduk aduk-an. ‘’Sepertinya kita
salah, seharusnya telur dulu. Pisahin, lalu bumbu, nasi telur terus
kecap’’kataku sembari menatap Cica. ‘’Mboh ah, bikin ulang’’. Aku hanya tertawa
kecil lalu mengambil sebuah piring dan mengambil hasil masakan telur itu dengan
spatula.
‘’Nah karena bawang
putih dan bawang merahnya sudah jadi. Sekarang masukkan keduanya’’katanya
sembari memasukkannya ke wajan. ‘’Masukkan telur’’kataku. ‘’Masukkan nasi’’.
‘’Kecap’’. ‘’Itu kecap opo toh?’’.’’Mboh ih (Nggak tahu) main ambil aja yang
penting kecap kok’’kataku. ‘’Ya uwes lah, sekarang kita aduk jadi satu biar
GREGET’’. ‘’Heh ngikutin kata kataku’’. ‘’Yaudah lah, ini kan’ negara bebas’’.
‘’Itu kata sudah mewarnai semua cerpen cerpenku!’’kesalku. Ia menatapku tidak
percaya. ‘’Tidak semua sih’’senyumku. ‘’DAN JADI, enak dimakan pakai kerupuk’’.
Aku ingin memakan aku
EMOOH DIMAKAN
LAPAR LAPAR LAPAR DAN
LAPAR SEKALI.
SEMUA SEMUA SEMUA,
DAPAT DI MAEM-IN
KARENA ADA RASA JIWA
OOH GREGET
AKU INGIN MASAK BEBAS
DI DAPURNYA
HEY KAMPRET BERESIN!
LALALALA AKU INGIN
MEMAKAN TANPA ENDUT
LALALALA AKU JADI
GENDUT MALES DIET
Aku menyanyikannya biar GREGET, makin
keras makin greget. Oh iya rasa makannanya itu sangat SANGAT GREGET ASINNYA.
Oke GREGET MANIA KITA SKIP WAKTU.
>>Skip
‘’Ayo belajar
motor’’rengekku sembari menarik narik lengan baju Ibuku. Ibuku mengabaikan
rengekanku dan terus sibuk memotong. ‘’Ayolah’’. Ibuku menengok.
‘’Sama ommu sana.
Mama nggak bisa’’jawabnya lembut. ‘’Sibuk’’tolakku. Ibuku dengan santai tetap
melanjutkan aktivitasnya. Aku melepaskan tarikanku dan mulai berlari menuju
tempat Cica berada.
‘’Belajar yoo’’ajakku
pada Cica. ‘’Sama papaku mau?’’tanyanya antusias. Aku mengangguk mantab. Cica
memanggil manggil Ayahnya yang sedang enak enakan tidur.
‘’Ya ya ya, bentar
Papa bawa sepeda dulu. Kamu bawa motor bonceng Mbak Sisy ya?’’kata Ayahnya.
‘’Ayo, mbak’’ajak Cica. Aku berjalan mengikutinya. Lalu menaiki motor yang mau
digunakan Cica. ‘’Iso?’’tanyaku ragu. Ia menghela nafas panjang.
‘’Cica udah 3x naik
motor, jelas dia bisa’’senyum Ayahnya. Aku terkagum kagum. ‘’Kalau nggak jatuh
nggak asik’’kata Cica sembari tertawa kecil.
>>Skip.
Dilapangan, aku
diajarkan teori yang cukup aku mengerti. Lalu aku mulai praktek dan AMAZING-nya
aku sudah langsung bisa walau masih kaku. Disaat aku sedang latihan, Cica
tersenyum padaku dan melambaikan tangan menyemangatiku. Tiba tiba Mbak Yaya
datang membawa motor MIO berwarna biru. Lalu Cica menaikinya dan menyalakan
mesinnya. Kebetulan aku hampir mau ketempatnya. Cica sudah jalan duluan. Lalu
aku berniat menyusulnya. Tetapi arena sudah bagaikan arena balap. Aku tidak
tahan jika ada motor yang lain. Rasanya GREGET pengen ngebut buat nyalip. Eh
kesampean. Menang pula.
>>Skip
Ketika aku sedang
asik bermain dengan Atun. Ibuku menyahut, ‘’Kamu nggak ke kolam renang?’’.
‘’Hmm? Ke kolam renang? Siapa?’’bingungku. ‘’Itu anak anak kecil, udah pada
ngumpul tuh di rumah kulon’’kata Ibuku.
Aku panik, takut
ditinggal . Lalu aku berlari tergopoh gopoh menuju rumah kulon. Yang aku lihat
hanyalah anak kecil ingusan yang bermain ciprat cipratan dengan telanjang tanpa
busana yang ditemani oleh orangtua mereka.
‘’Itu tuh kolam
renangnya, gih berenang sana. Mama udah siap kamera’’tawa Ibuku.
...
Kampret
...
>>Skip
Sorenya ternyata
kakakku diajak untuk belajar menyetir mobil olek pakdeku. Kakakku menolak nggak
mau. Pintunya nggak dikunci tetapi kakakku tetap nggak mau sembari melambaikan
tangan meyerah. ‘’Ayo masuk masuk!’’kata Mbak Yaya. ‘’YOOO’’teriakku dengan
Cica. Kakakku kaget dan memaksakan diri masuk ke mobil.
Diperjalanan
Pakdeku mengajarkan teori yang sedikit aku mengerti. Tetapi tidak dengan
kopling. Pakdeku menyetir menuju lapangan yang mau digunakan praktek. Dipake.
Lalu di lapangan satu lagi, dipake. Sial amad, jadi kita memutuskan untuk
pulang.
>>>
Jam 7, Pakdeku
melanjutkan ingin mengajarkan Kakakku. Aku, Cica ingin masuk tetapi karena
pintu yang biasa buat nyetir itu tidak dikunci jadi pada masuk semua yang kecil
kecil lewat pintu itu. Aku menghela nafas dan menggeleng gelengkan kepala. Aku,
Cica dan Pakde masuk ke mobil. Mbak Yaya membuka pintu dengan rasa kaget.
‘’Kok pada melu
kabeh?’’bingung Mbak Yaya yang langsung duduk dan menutup pintu. ‘’Mboh’’kata
Cica. Kakaku membuka pintu dan ingin duduk tetapi Juleha duduk di tempat duduk
sebelah Pakde.
‘’Ojo no, iku buat
Mbak Aning’’larang Pakde. Juleha dengan tersenyum merangkak kebelakang. Kakakku
duduk disana dan menutup pintu. Mobil berjalan menuju lapangan terdekat yang
sudah sepi karena permainan bola sudah selesai daritadi sebelum Maghrib.
Kakakku mulai
menjalankan mobilnya secara hati hati. Aku menikmatinya sembari membuka jendela
mobil. Melihat bintang dan bulan yang tinggal setengahnya. Aku terus berkhayal
menahan berat akibat memanggku anak kecil yang paling besar dari 3 anak cilik
itu. Ditengah jalan tiba tiba mobil rem mendadak. Semuanya kaget termasuk aku.
>>>
Aku pergi ke Klaten,
JUJUR. Kalian pasti nggak mau mendengar ceritaku. Soalnya aku hanya ketemu
rumah tua, saudara yang bahkan nggak aku kenal, sam kambing pulangnya baru ke
Ayam Ayam Resto. >>>>
>>
Ayahku inginnya
langsung pulang, tetapi Ibuku ingin sekali membandingkan makanan punyanya
dengan punya resto itu. Lalu kami menyempatkan diri ke resto yang megah itu.
Pelayannya bisa dibilang sedikit, ada saungnya, KEREN DEH. Tetapi banyak nggak
adanya, maksudnya? Itu tuh, di menunya
banyak tulisan makanan, tapi nyatanya pada nggak nggak ada. Lagi pengen tulang
lunak nggak ada. Nasinya dikit pula jadi aku nambah satu piring lagi :p. Ibuku
memesan steak yang sebenarnya ditolak sama Ayah karena takut nggak enak. Dan
nyatanya BEH emang nggak enak. Tapi yang namanya laper, dimakan saja yang ada.
>>
Disaat aku sudah
ada dirumah, aku dengan segera ganti baju. Tapi aku ganti baju pergi lagi
karena diajak ke kios omku. Aku dan Cica menunggu omku selesai berganti baju.
Lalu omku mengeluarkan mobil dengan bak terbuka. Aku, Cica dan dek Kesha,
langsung menaiki mobil itu.
‘’Nggak muat’’kata
Cica yang merenggakan kakinya yang panjang itu. Aku menatapnya tajam.
‘’Gesaran’’kataku santai sembari mendorongnya.
Kesha tertawa dengan menutup mulutnya yang nggak bisa ditahan untuk
tertawa. Tiba tiba omku datang membawa kunci dan menyalakannya.
‘’Yo’’ajaknya
sembari memakai sabuk pengaman. ‘’Kesha nggak pakai sendal?’’tanyaku. Omku
melihat kaki telanjang Kesha yang menggeliat ngeliat. ‘’EMOOH’’tolak Kesha yang
sepertinya sudah tahu apa yang ingin dikatakan ayahnya. Omku menghela nafas dan
keluar dari mobil. Lalu Kesha merangkak ke kanan di tempat setir dan memegang
megang setirnya.
‘’Ojo!
(jangan)’’perintah Cica. ‘’Ora popo (nggak apa apa). Cuma setirnya doang, kalo
gas sama remnya baru bahaya’’tenangk
u. Lalu Kesha menginjak injak rem yang membuat Cica panik.
‘’Ojo!’’panik Cica.
‘’Ora popo. Cuma remnya doang, kalo dia ngotak ngatik ini baru-‘’kataku. Kesha
mengotak atik benda yang aku maksud. Dan aku, Cica berteriak bersama.
>>Skip
Disaat aku ingin
pulang aku berharap aku bisa duduk di belakang. Maksudku ditempat dengan bak
terbuka yang biasa untuk angkut barang.
‘’Boking boking yang
belakang!’’seruku.
Tetapi om-ku
menaruh kotak berisi buah busuk dari kiosnya.
‘’Yaah nggak apa
apa, kita masih mendapat tempat’’senyumku.
Lalu anak buahnya
manaruh beberapa kotak berisi buah busuk yang ada binatangnya seperti kecoa,
lalu omku membuang sampah sampah yang ada di tong sampah birunya itu.
‘’Lain kali aja ya,
ca?’’jijikku. Cica tertawa terbahak bahak melihat reaksiku dan menepok nepok
pundakku.
‘’Jangan menyerah
dulu lah.. Itu masih ada satu tempat lagi’’tawanya sembari menunjuk tempat yang
belum terkena sampah.
‘’Lu aja sono, gue
mah ogah’’tolakku.
>>Skip
Di bawah terik
mentari yang panas. Aku dan Cica terasa seperti terpanggang dirumah Nenekku
yang besar. ‘’Panas’’keluhku. ‘’Beli es krim yuk’’ajakku. Cica mengangguk
mantab. Lalu kami berdua berlari menuju teras memilih sepeda motor yang ingin
kami naiki.
‘’Mau kemana?’’seru
Kakakku. Kami kaget dan berbalik badan. Aku menyeringainya, ‘’Beli es krim’’.
Kakakku menatap kami tajam bagaikan elang yang sudah menemukan mangsanya. Aku
menelan ludahku dengan perasaan yang nggak enak.
...
Gue bakal dibunuh
sama kakak gue sendiri, tanpa alasan yang jelas. Hari ini
...
‘’Tunggu bentar, aku
nitip’’kata Kakakku yang langsung berlari kecil ke dalam rumah. DOOR. Pikiranku
sudah ingin meledak. Lalu meluncur tanpa alasan yang jelas.
Kakaku berlari
tergopoh gopoh membawa selembar dua puluh ribu rupiah. ‘’Beli 3/2 es krim ya!
Kalau nggak minta kembaliannya’’katanya sembari berjalan menuju ke dalam rumah
kembali.
‘’Kuncinya
mana?’’panik Cica. ‘’Tanya Mbak Yaya!’’kataku yang ikut panik. Kami sama sama
berlari tergopoh gopoh menuju ‘’Rumah Kulon’’.
‘’Kunci motor
dimana?’’tanya Cica terengah engah. Mbak Yaya menjawab, ‘’Di motornya’’. Cica
menggeleng. ‘’Sama Budhe’’. Cica menggeleng. ‘’Tempat biasa?’’. ‘’Nggak... OH
IYA!’’girang Cica yang langsung mengajakku untuk berlari.
‘’Oke dapet, saatnya
pergi ke tanggul’’girang Cica. ‘’Anu’’cemasku. ‘’Apa?’’. ‘’Bensinnya
habis’’kataku yang menunjukkan anak panah kecil yang menunjuk kearah gambar pom
bensin. DOOR. Cica terdiam ditempat.
Cica menghembuskan
nafas. ‘’Yaudah kita beli dulu’’ kata Cica yang melihat dengan seksama anak
panah kecil di motor berwarna biru itu.
‘’Aku ambil duit
dulu’’kataku sembari berlari tergopoh gopoh ke dalam rumah. Jika aku mampu
mengaku aku tidak mempunyai uang untuk membeli bensin. Yang lebih jelasnya,
nggak tega. Mending uangnya buat beli komik di Gramed. Tetapi beruntungnya aku
menemukan ayahku di meja makan dekat kamar sedang makan siang.
...
JACKPOT
...
‘’Papa, minta duit
dong!’’mintaku. Ayahku menghentikan acara makannya itu. Lalu menatap wajahku
dengan tajam seperti yang dilakukan kakakku tadi.
...
Anak sama ayah, sama aja. (*bitch please. Meme mode on)
...
‘’Buat
apa?’’tanyanya. ‘’Buat isi bensin motor’’senyumku yang agak malu. Ayahku
memasukkan 3 suap nasi ke mulutnya. Aku hanya menunggu disana.
‘’Dimana?’’tanyanya
lagi. ‘’Dipojokan situ’’jawabku sembari menunjukkan arah tempat penjualan
bensin yang tidak tahu asal usul bensinnya itu.
Ayahku menghela
nafas. ‘’Disitu kan’ belum tentu bensinnya bagus. Beli di pom bensin aja’’kata
Ayahku. ‘’Kan’ jauh. Cica nggak bisa nyebrang jalan besar’’keluhku.
Ayahku yang
sepertinya sudah kalah akhirnya berusaha menyuruhku untuk bertanya pada Omku
yang bernama ‘’Om Cica’’. Karena aku masih tidak tahu namanya. ‘’Yaudah
deh’’kataku sembari berjalan menuju Cica.
‘’Bapakmu ndi
,Ca?’’tanyaku sembari melengok lengok kanan dan ke kiri. ‘’Lho, motore ndi,
Ca?’’bingungku yang menyadarinya. ‘’Motore dah dibawa sama bapakku’’katanya
sembari tertawa kencang. Aku ber oh oh.
>>Skip
‘’Sekian lama, kami menunggu
Kedatanganmu..
DATANGLAH, kedatanganmu kutunggu
DATANGLAH kusudah bosan menunggu
JENG JENG DOOR’’.
Akhirnya om Cica benar benar datang
dengan senyuman lebar yang pernah aku lihat.
Aku dan Cica segera
menaiki moto biru itu dengan rasa gembira. Kami menaiki motor sembari bercerita
tentang pengalaman hidup selama satu tahun ini. Tanpa mempedulikan kami hampir
menabrak sesuatu. Bukan motor bukan mobil apalagi TRUK. Dan juga bukan hewan
bukan manusia, bayi, remaja, dan orang tua. Tetapi hanya sebuah BATU yang
membuat perjalan sedikit terhambat.
‘’TURUN
SEK!’’perintahnya yang berusaha mengegas motor yang berwarna biru itu.
‘’Hooh’’kataku sembari menuruni motor biru itu. ‘’Akhirnya..’’leganya.
>>Skip
Setelah kita sudah
mendapat es krim yang kita mau (walaupun tidak sesuai harapan). Kami akhirnya
memutuskan untuk pulang (Yaah pulanglah, masa nginep).
Aku membawa
sekantong es krim dengan uang kembalian yang tinggal cepe dan gope itu dalam
bentuk logam, satu perak satu emas. Aku merasakan firasat buruk yang akan
terjadi. Aku dan Cica menyusuri ruangan tempat sepupuku yang lain tidur, dan kolam renang anak kecil
bekas tempat menyuci baju. Kami menuju arah suara Kakakku berada.
‘’Ini, mbak es krim—‘’kataku
yang kaget melihat anak kecil yang seharusnya sudah mandi sekarang. ‘’Mana es
krimnya!’’teriak anak anak kecil itu yang langsung berlari kearahku. Aku panik
lalu berlari secepat mungkin menuju rumah utama. Aku berteriak teriak tidak
karuan. Aku capek dan akhirnya meninggalkan sekantung es krim itu di sebuah
kulkas. Tetapi aku tahu itu tidak aman, lalu aku mengambilnya kembali tetapi
terlambat. Kantung itu robek dan isinya kemana mana sampai tumpeh tumpeh. Dan
mereka mendapatkan es krim itu. Orang tuaku yang melihatnya tertawa dari meja
makan.
...
KAMPRET, ANAK ANAK KAMPREEEEEEEEEEEEEEEEETZ
...
>>Skip.
Aku menuju rumah
Kulon dan mendapati anak anak sialan itu sedang memakan es krim yang salah
satunya dari jerih payahku menyisikan uang jajan. Bulekku datang sembari
tertawa melihatnya. ‘’BULEKKKKKKKKKK GANTEEEEEEEEEEEE!’’kesalku dan Cica.
‘’Yang makan siapa, minta kesiapa’’kata Bulek Aping. ‘’Yang makan kan’ anakmu
bulek!’’kataku.
‘’Yee, tapi Aping
kan’ belum makan es krimnya. Ayo Aping, itu es krim-nya punya anak gede’’bujuk
Bulek Aping. Aku menunggu reaksinya,
ternyata reaksinya adalah DOOR. ‘’Nggak!’’bentak Aping. Aping membuka
bungkusannya dan bergabung dengan anak anak sialan lainnya.
‘’GANTEEEEEEEEEEE
BULEEEEEEEK’’sorak aku dan Cica. ‘’Iya iya’’kata Bulek Aping. Aku berjalan
menuju dapur dengan penuh amarah.
‘’Bulek, mana bule.
GANTEEEEEEEEE BULEEEEEK’’sorakku pada Bulek Atuun. ‘’Entar’’katanya santai.
‘’MANAAAAAAA BULEEEEEEEK’’sorakku lagi. ‘’Entar ah’’katanya lagi. Dengan kesal
aku meratapi Dek Dulah anak pertama Bulek Atun dengan perasaan yang sudah
bagaikan air panas yang menguap.
Aku berjalan menuju
Bulek Atun, lalu merebut Atun dari gendongannya. Dan berlari secepatnya menuju
rumah kulon sembari bersorak, ‘’DUITNYA DULU BARU ATUNNYA!’’. Aku tertawa tawa
seperti orang gila berlari lari menyusuri anak sialan yang sedang memakan gigit
demi gigit es krim mahal yang dibeli aku dan Cica.
Aku menidurkan Atun
di kasur yang sepertinya bingung dengan keadaan yang sesungguhnya. Lalu Bulek
Atun datang merebutnya kembali. ‘’Duitnya mana Bulek?’’sorakku.
‘’Entar’’katanya santai sembari membawa anaknya menuju rumah utama.
Aku mendengarkan ada
yang menangis di kamar sebelah. Lalu aku berlari kecil menuju ruangan itu. Aku
melihat Mas Awan sedang terpojok bersama Mbak Yaya. Dengan rasa tidak peduli
aku meninggalkan mereka berdua.
...
BOMAT
...
>>Skip.
Disaat aku di kamar
mandi. Lebih tepatnya setelah mandi. Aku masih demen disana walau sudah
berpakaian disana sekalipun.
‘’DIMANA, KAMU DIMANA
DISINI BUKAN
*BAYARLAH HUTANGMU ITU!
KUTANGGAL TUAAAAAAAAAAAAA
#JANGAN
MENGUTANG BILA TAK PUNYA UANG UNTUK MEMBAYAR UTANG
KARNA UTANG ITU TAK BISA DIBAYAR
UTANG BUTUH WAKTU UNTUK BISA KITA BAYARKAN.
KU INGIN MEMAKAN POP MIE
KU TAK PUNYA DUIT..
Back to * and #
“KU TAK BEKERJA JELAS NGGAK PUNYA UANG UNTK MEMBAYAR HUTANG
KARENA AKU NGANGGUR,
TAK PUNYA BIAYA
JELAS KUTAK BISA BAYAR HUTANG HUTANGKU ITU!
OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOH KAMPREET...’’
>>Skip
Ini hari terakhir
kami berada disini. Tandanya perpisahan di malam hari setelah Maghrib.
Sebenarnya aku pulangnya besok. Cica menangis meraung raung, tidak bisa
menerima itu hari terakhirnya di kampung. Ia masih pengen bermain bersama sama.
Aku berjalan kearahnya yang sedang duduk di atas kursi kayu jati itu. Aku nggak
tega melihat Cica yang menangis terisak isak seperti itu.
‘’Cica, ini memang
hari terakhir. Tapi kita masih bisa bertemu lagi.’’hiburku. ‘’Taa.. Pi. Nggak
seperti ini. Aku masih ingin disini!’’bentakknya. Aku menghela nafas panjang dan
memegangi tangannya. ‘’LO LESBI YA?’’bentaknya. Aku menggelengkan kepala.
‘’Hanya ingin
menghibur sepupuku.. ‘’senyumku. ‘’Kita masih bisa bertemu lagi, kok’’lanjutku.
‘’Mungkin tidak seperti ini!’’isaknya. Aku memutar bola mataku mencari ide
untuk berbicara.
‘’Hey, masa mau
seperti ini lagi sih? Maksudmu kamu ingin kaya kejadian es krim
kemarin?’’tannyaku sembari tertawa kecil. Ia menggelengkan kepalanya.
‘’Maksudmu tidak seperti ini tuh seperti apa?’’tanyaku.
Cica mengusap
matanya lalu berkata, ‘’Mungkin tidak seutuh sekarang’’. Aku terdiam sejenak.
‘’Mungkin begitu, tetapi percayalah lebaran berikutnya akan lebih menyenangkan
daripada tahun ini’’Kataku meyakinkannya. ‘’Lagian, kita masih bisa kesini saat
liburan panjang tiba’’lanjutku.
Cica berhenti
menangis . ‘’Jika begitu, aku ingin tahun depan aku masih bisa melihatmu. Dan
yang lain. Mbah Putri, Mbah Kakung. Dan kau harus bisa belajar bahasa Jawa
ya?’’ senyumnya. ‘’Janji ya?’’
Aku kaget, lalu aku
tersenyum tipis. ‘’Aku tak—‘’kataku yang bersuara kecil. ‘’Hmm?’’. ‘’Bisa
berjanji padamu’’senyumku dengan suara normal. Cica tertawa riang mendengarnya.
Yang aku maksud adalah aku tidak bisa berjanji padanya.
Cica dipanggil oleh
Ayahnya untuk masuk ke mobil. Ia melambaikan tanda bahagianya dan memasukkan
semua tubuhnya ke dalam mobil. ‘’SELAMAT TINGGAL’’soraknya.
...
Seharusnya, akulah
yang harus menangis. Harusnya aku yang meraung raung. Ini mungkin adalah sebuah
perpisahan denganmu. Lebaran terakhir yang akan aku alami. Sejak 4 bulan yang
lalu aku sudah dinyatakan dokter akan meninggal 7 bulan lagi. Apakah kau tak
lihat rambutku mulai rontok? Setiap malam batuk dengan darah? Harusnya aku yang
bilang padamu selamat tinggal. Dengan tetesan air mata, karena perpisahan
terakhir. Kenapa semuanya terjadi padaku?
...
Tak sadar air mataku
mulai pecah dan melewati kedua pipiku. Aku melambaikan tangan perpisahan. Aku
berharap ini akan menjadi kenangan terindah dalam hidupku. Dan aku hanya ingin
kau tahu.. INI SEMUA APRIL MOP TELAAAAAAAT. #digebukin warga. Oke bro, jangan
diaminin! OI OIIIIIIIIIIIIIIIIIIII!!!! Semuanya bohong bro #nari gangnam style.
Semuanya sudah bilang Amin!? JANGAN BROOOOO. INI HANYA CERITA YANG SEBAGIAN
DARI DUNIA NYATA SANG CREATOR.
‘’Ho ho ho’’suddenly
Gaje is appears.
>>Skip kebohongan ini!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Oke masbro... Soal
Cica nangis emang benar, soal CICA pulang juga benar. Tapi drama GAJE itu
BOHONG. Tolong jangan didoaakan. Nanti aku tidak bisa muncul di beberapa cerita
lagi. Gue lagi bikin KARIER disini. UDAH PW (posisi wenak)! Kalo diaminin dalam
2 bulan mendatang, LO KAGAK BISA NGELIAT NAMA GUE LAGEEEEEEEE! Oke stop
kegilaan ini. DASAR CREATOR GAJEEEE.
‘’Itu nama gue
bro’’tawa Gaje.
‘’Ngapain lo muncul?
Tunggu kok jadi aneh gene seh?’’bentakku
‘’Serah gue dong,
yang bikin cerita siapa. YEEEEEEEEEEEE MATRE’’ledeknya.
‘’Apaan sih LO. Cari
masalah sama gue? Ayo secara jantan dilapangan!’’bentakku.
‘’Gampang, pas lo
mau mukul gue. Nama lo tinggal gue apus. Terus lo ilang deh..’’katanya dengan
sok.
Gaje tertawa akan kemenangannya.
‘’HOHOHOHOHO’’
Aku SUDAH CAPEK AKAN
CERPEN INI. BA BAYAYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY.
‘’Dagh’’kata Gaje
sembari menyeruput kopi.
‘’ NGAPAIN LO MUNCUL!?’’bentakku.
‘’yang bikin cerita siapa..’’
Aku terdiam kaku.
‘’YEEEEEE MALU NICH
YEEEE’’
....
ANJREEEEEEEET. CRETORRR SIALAAAAAN
....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar