Minggu, 18 Agustus 2013

Lebaran Terakhir

   Disaat bulan purnama telah muncul. Aku sudah terbiasa tidur tanpa bernafas, maksudku aku sudah benar benar seperti orang mati. Bagiku itu sangat biasa, tetapi saat aku tidak sengaja tertidur di ruang keluarga. Ibuku ingin memindahkanku ke kamar, Ibuku bingung ketika melihatku seperti orang meninggal. Ibuku langsung menangis dan berteriak memanggil Ayahku dan Mbak Putri. Semuanya menyentuhku untuk memeriksa denyut matiku yang memang biasa terhenti ketika bulan purnama tiba. Mereka langsung menangis dan memanggil sebuah mobil Ambulance. Bunyi sirene mobil ambulance sialan itu membuatku risih, hingga terbawa dalam mimpiku yang masih bertemakan perang dunia ke-3. Orang orang langsung menggotongku ke mobil yang sudah membuatku risih, dan membawaku ke rumah sakit. Orang tuaku kaget ketika aku sudah dinyatakan meninggal, dan mereka menangis bagaikan anak yang kehilangan handuk kusut, usang and BAU! Euuw. Sedangkan Mbakku menangis bagaikan anak berumur 5 tahun. UWEEK UWEEK, HUWEEK lalu muntah dengan sukses. Dan entah mengapa seisi kamar termasuk suster dan dokter sudah seperti banjir dengan air mata.
   Sesudahnya aku dimandikan, aku digotong kerumah BESARku tetapi penuh dengan hal hal yang penuh dengan kesialan. Aku ditidurkan disebuah tempat tidur terbuat dari kayu yang kasurnya sudah dipindahkan di gudang. Dan aku hanya ditidurkan beralaskan tikar, yang dibawah tempat tidur itu ada 3 bongkah es yang diletakkan dalam baskom dan berbagai macam bunga 7 rupa. Tidak sengaja aku mendengar permintaan anak anak kecil. Ingin dibegitukan, dibeginikan. SUSAH DIJELASIN! Dan dalam mimpiku aku menjawab, ‘’SAKIT TAHU, SAKIT! UDAH BAWAH DINGIN PULA’’ Saat itu aku malas membuka mata, jadi aku melanjutkan tidurku. Tidak sadar bahwa pakaianku sudah diganti oleh kain kafan yang membuatku seperti pocong betulan. Memangnya aku sudah mati?
  Aku digotong lagi dengan mobil jenazah. Sebelumnya aku dibawa disebuah peti lalu digotong ramai ramai oleh 2 orang dewasa dan berbagai macam anak kecil, dari  yang ganteng, lumayan dan UGH LUAR BIASA, BIASA!  Putih, cokelat, sawo matang, hitam, dan hitam legam. Untung saat itu lagi ada matahari kalau nggak ntu anak yang kelihatan hanya giginya doang lagi. Aku sangat beruntung karena ada lubang kecil dibagian hidung dan kaki di sebuah peti dengan ukiran yang aneh itu. Di perjalananku, aku ditemani oleh om-ku, Ayahku, Ibuku, dan 2 anak anak kecil dari ganteng dan yang LUAR BIASA, BIASA. Aku tidak sengaja mengeluarkan gas yang menakjubkan disana sehingga seisi mobil menutup hidungnya sampai mereka bisa keluar dari sana.
   Aku digotong kembali disebuah liang tanah yang sudah digali sebelumnya. Lalu aku dimasukkan di liang tanah itu. Kakak perempuanku yang gila itu memasukkan tabung oksigen serta alat yang buat bernafas. Dan orangtuaku memasukkan harta bendaku, seperti emas, tas, handphone, dan sebuah dompet penuh uang tunai. Lalu mereka melemparku dengan bunga bunga warna warni dan menutupku dengan tanah. Siapa yang mematikan lampu? Aku merasa saat itu banyak yang nangis lalu aku tidur kembali.
   Benar benar, aku tidak bisa nafas! Sesak, GELAP! Aku mera raba disekitarku, dan aku menduga itu adalah tabung gas. Dan ternyata benar itu adalah sebuah botol minum yang dilempar anak kecil yang tidak berprikemanusiaan. Aku mera raba disebelah kiriku dan itu benar benar sebuah senter yang sepertinya tadi jatuh saat Ayahku memasukkanku disini. Aku menyalakannya, aku menggulingkan badan kekiri, kekanan. Dan meraba raba keatas dan berhasil menemukan tabung gas. Dengan sigap aku memakainya, dan aku bisa bernafas. Aku berharap bisa keluar.
   Ketika aku sedang tertidur, ada bunyi berisik seperti orang yang menggali kubur. Aku mematikan senterku dan terbangun lalu berpura pura meninggal. Orang itu seperti mengambil satu demi satu papan kayu yang menutupiku lalu melemparnya. Dan sepertinya orang itu melihatku saat aku memakai tabung oksigen untuk bernafas. ‘’Dasar keluarga gila, orang mati dipakein tabung oksigen. Lumayan sih, tabung oksigen kan’ mahal’’katanya sembari mengambil tabung oksigen itu lalu melemparnya. ‘’Wah, benar dugaanku ada banyak harta disini, kaya banget keluarganya’’lanjutnya sembari ingin mengambil harta bendaku. Ketika orang it hampir menyentuh barangku. Aku bangun lalu berteriak, ‘’BAAAAAAAAAAAA, NAPA LOE MAU RAMPOK YEE? ENAK E’ KERJA SONO’’. Orang itu pingsan dengan sukses. ‘’Halah kok tidur, iki tu piye? (ini tuh gimana)’’bingungku. ‘’Ya uwes (Yaudah). Balek ah’’kataku sembari berusaha bangun dan meloncati orang itu. Sebelumnya aku mengambil tasku, dompet, dan emasku. ‘’Emas gopean gini dikasih ke aku, salah ngambil atau sengaja nih, taro aja ah. Untung untung imbalan buat ngegali ni kuburan. Harus punya nyali nih yang ngebuka kuburan orang’’kataku sembari melempar emas gope-an itu, lalu berusaha naik. Loncat, loncat, loncat. ‘’Iki ganggu aja’’kesalku sembari mengeluarkan tanganku lalu memanjat liang kubur yang bagaikan panjat tebing biar GREGET.
   Sesampainya aku diatas aku terus meloncat zig zag, kanan ke kiri, kiri ke kanan. Feels like pocongsta. Aku melihat ada sepasang kekasih yang duduk berdua diatas batu nisan. Kebetulan aku buta arah lalu aku meloncat kearahnya. Aku berhenti dibelakang mereka. ‘’Mas, mbak’’panggilku. ‘’Apaan sih, ganggu a-‘’kata ceweknya. ‘’POCONG!’’teriak cowoknya lalu menarik tangan ceweknya kabur meninggalkanku. ‘’Hah pocong?’’bingungku menengok kearah belakang. ‘’Dasar tukang boong’’kesalku. ‘’Ya uwes lah naek taksi aja’’.
   Aku menunggu sebuah taksi diperempatan, tetapi tidak ada yang lewat. Yang ada hanyalah tukang ojek yang masih mangkal di bawah pohon beringin. ‘’Mas, masih ngojek?’’tanyaku. ‘’Masih’’jawabnya lalu menengok kearahku. ‘’SETAAN’’soraknya lalu berlari sembari mata masih menatapku dengan ketakutan, dan tidak sadar ada pohon disana lalu. BRUKK. Ia menabrak pohon bagaikan di kartun kartun lalu pingsan. ‘’Halah, yang  ini pingsan. Pinjem ya mas, atau nggak aku beli deh, nih duitnya. Ba bay chyin’’kataku sembari melempar semua isi uang tunai yang ada di dompetku. Lalu menaiki motor itu walaupun tidak tahu caranya.
   Diperjalanan ada 2 orang anak lelaki yang sedang membicarakan tentang game bernama ‘’Dread In’’. ‘’Keren banget ya game-nya’’kata anak pertama. ‘’Iya ada pocong naik motor kek itu’’kata anak kedua sembari menunjuk nunjuk tangannya kearahku. Mereka melihat kearahku, dan aku hanya tersenyum. Lalu mereka pingsan. ‘’Pulang ah~’’.
   Dirumah aku mempunyai pintu belakang yang jarang dilewati, lalu aku menaruh motor itu disebuah gudang lalu berjalan melewati pintu belakang dan berjalan kearah kamarku. Memang sih waktu aku memasuki rumah memang seperti ada yang sedang membaca Yassin. ‘’Yang mati tuh siapa sih?’’bingungku sembari menggosok badanku yang sudah tersiram oleh air hangat yang muncul dari shower. Aku keluar dari kamar mandi yang ada dikamarku, lalu aku membuka lemari dan mengambil pakaian bekas lebaran kemarin dengan celana jeans. Aku juga membawa buku doa’-ku yang terletak di sebuah lemari yang berisikan buku buku pelajaran dibagian atas. Ternyata mereka sudah selesai dan mereka sudah melakukan shalat berjama’ah. Aku menaruh buku doa’ itu dan mengambil mukena dan sajadah yang tidak jauh dari sebuah meja yang sudah disediakan. Aku mengambil wu’dhu lalu mengambil tempat disebelah Ibuku. Ketika Shalat Isya itu selesai. Aku menyalami Ibuku, lalu berkata. ‘’Ma, aku laper. Ada makanan apa?’’. Ibuku bingung dan menengok wajahku lalu berteriak keras. Seisi ruangan langsung kaget dan menengok kearah Ibuku. ‘’Sisy?’’katanya tidak percaya. Aku mengangguk. ‘’Siapa lagi? Aku lapar Ma!’’. ‘’Kamu masih hidup?’’. ‘’Iya Ma, aku tidak mati’’. ‘’Bagaimana bisa? Kau sudah ada di liang kubur’’senangnya lalu memelukku. ‘’Berterima kasihlah pada sang perampok kuburan’’.
   ‘’Kamu tidak mati?’’senang Mbak-ku. Aku menghela nafas dan menjelaskan jika setiap bulan purnama aku memang biasa tertidur bagaikan orang yang benar benar tidak bernafas. ‘’Oo, kenapa kamu tidak kasih tahu Mama? Mama sampai stress mikirin kamu, nak’’kata Ibuku sembari memelukku. ‘’Ayo kita ceritakan lebih banyak’’kata Ayahku sembari menepuk nepuk badanku.
...
  You KnoW? SAKIT!
...
(ini bukan cerita asli bro, jangan dimasukin kehati, semuanya BELAKA BRO)
>>Skipp
   Hari ini aku ke kampung halamanku di Jawa Tengah. Aku datang bersama saudara saudaraku yang dari kampung ke Jakarta karena berita meninggalku itu. Konyol banget ya? Aku melewati sawah, gunung, pantai, dan langit (lol). Sebuah kenangan GREGET  dimulai disini.
( Ini juga boong bro)
(namanya doang yang boong)
(yang asli pikir aja :D)
(Have fun)
(Kalo kagak demen jangan maksa baca)
(Nanti GARING lagi)
(Lanjut bro)
(kripiknya bro?)
(Atau mau minum?)
(Mau apa bro? Cepe? Gope? GAMPANG BRO, GUE PUNYA. Tapi yang logam)
(Oke bro :D :*)
(BRO, INI ADA HASIL KARANGAN. KALO MAU TAHU MANA YANG ASLI TANYA SANG CREATOR)
(ENJOY BRO)
   Ehm, mulai dari mana ya? Oh iya, jika sedang berkumpul anak anak kecilnya itu banyak. Jadi aku lumayan suka menjahilinya. Yang aku suka adalah bayi yang masih berumur 1 tahun. Pipinya endut kaya bakpao. Aku juga punya saudara yang masih kecil namanya Duna. ‘’EMOOH’’itu yang hanya kudengar dari mulutnya. Selain itu, ia hanya tersenyum lalu bergerak gerak menggeliat kalau digendong olehku. Oh iya dedek Cuya walaupun cowok anak itu banyak nanya. Oke STOP ngomongin saudara GUE.
>>Skip
   Aku mengambil sebuah pedang mainan yang ada di depan tv dan membawanya ke kamar Mbak Yaya. Ketika melihat Cica sedang tidur tiduran disebuah kasur, aku memasang gaya layaknya pembunuh kelas kakap. ‘’Dengan pedang ini..’’ ‘’Tunggu itu keris’’. Aku melihat pedang itu yang ternyata adalah sebuah keris mainan. ‘’Dengan keris ini...’’ ‘’Tunggu, mbak mau bunuh saya?’’. ‘’BUKAN, saya mau cebokin elu’’. ‘’Cebokin pake apa mbak?’’.’’Pake MIRAS’’.’’Miras apa mbak?’’.’’MIRAS MERK BINTANG’’.’’Bintang apa mbak?’’.’’Bintang KEJORA’’.’’Kejora apa mbak?’’.’’Banyak cingcong kue (kamu)’’kesalku sembari memperagakan seperti orang yang menusuk seseorang lalu menariknya kembali. ‘’AWW’.’’TELAAAAAAAT’’sorakku. Ia menggesek gesekkan kakinya. ‘’MAYAT NGGAK BOLEH GERAK!’’sorakku lagi. ‘’Oh iya’’. ‘’MAYAT NGGAK BOLEH NGOMONG’’. ‘’Bukannya nggak boleh bedon, EMANG KAGAK BISA!’’. ‘’Ooh iya lupa, KOK LU MAYAT NGOMONG SIH!?’’. ‘’Lupa bang ampun’’katanya sembari memperagakan seperti orang meninggal. ‘’MAYAT KOK NAFAS??’’. ‘’Dah pernah ngerasain liang kubur belum!?’’kesalnya. ‘’Udah’’senyumku. Ia mengingat ingat kembali. ‘’Oh iya, lali (lupa)’’.
  Suddenly anak kecil datang BRING HER OR HIS TOY (halah bing ngasal gpp lah. BING kagak niat ini)kesini. ‘’Oke anak anak, ini kan’ ada mayat’’kataku. ‘’Ya’’sorak mereka. ‘’Tahu cara banguninnya gak?’’tawarku. Mereka mengangguk mau. ‘’Oke, pertama kelitikin badannya’’kataku sembari mengklitikkan badannya dari perut ke kepala. ‘’Masih nggak mau bangun tuh, AHA. Kedua TIMPUKIN RAME RAME’’sorakku yang bersiap siap menimpuknya dengan anak anak kecil itu. ‘’AMPUN AMPUN, AKU BANGUN’’. ‘’VICTORY OF GREGET!’’
>>Skip
   ‘’Oke sahabat youtube, saatnya untuk memasak nasi goreng!’’kataku yang sudah memasang rekaman sebelumnya. ‘’Oke sahabat youtube, kali ini kita akan memasak nasi goreng yummy! Yuk, ikutin terus!’’kata Cica. ‘’Pertama kupas bawang putih dan bawang merah. Lalu cingcang sampai halus’’kata Cica sembari memperagakannya. ‘’Itu halus, Ca?’’. ‘’Nggak tuh, bodo ah’’katanya sembari memasukkan hasil cingcangannya ke wajan yang sudah ada lelehan menteganya. ‘’Oke, sekarang masukkan telur yang sudah dikasih garam’’katanya lagi sembari memasukkan semangkok telur ke dalam wajan lalu aku mengaduk aduk-an. ‘’Sepertinya kita salah, seharusnya telur dulu. Pisahin, lalu bumbu, nasi telur terus kecap’’kataku sembari menatap Cica. ‘’Mboh ah, bikin ulang’’. Aku hanya tertawa kecil lalu mengambil sebuah piring dan mengambil hasil masakan telur itu dengan spatula.
  ‘’Nah karena bawang putih dan bawang merahnya sudah jadi. Sekarang masukkan keduanya’’katanya sembari memasukkannya ke wajan. ‘’Masukkan telur’’kataku. ‘’Masukkan nasi’’. ‘’Kecap’’. ‘’Itu kecap opo toh?’’.’’Mboh ih (Nggak tahu) main ambil aja yang penting kecap kok’’kataku. ‘’Ya uwes lah, sekarang kita aduk jadi satu biar GREGET’’. ‘’Heh ngikutin kata kataku’’. ‘’Yaudah lah, ini kan’ negara bebas’’. ‘’Itu kata sudah mewarnai semua cerpen cerpenku!’’kesalku. Ia menatapku tidak percaya. ‘’Tidak semua sih’’senyumku. ‘’DAN JADI, enak dimakan pakai kerupuk’’.
 

Aku ingin memakan aku EMOOH DIMAKAN
LAPAR LAPAR LAPAR DAN LAPAR SEKALI.
SEMUA SEMUA SEMUA, DAPAT DI MAEM-IN
KARENA ADA RASA JIWA OOH GREGET
AKU INGIN MASAK BEBAS DI DAPURNYA
HEY KAMPRET BERESIN!
LALALALA AKU INGIN MEMAKAN TANPA ENDUT
LALALALA AKU JADI GENDUT MALES DIET
  Aku menyanyikannya biar GREGET, makin keras makin greget. Oh iya rasa makannanya itu sangat SANGAT GREGET ASINNYA. Oke GREGET MANIA KITA SKIP WAKTU.
>>Skip
   ‘’Ayo belajar motor’’rengekku sembari menarik narik lengan baju Ibuku. Ibuku mengabaikan rengekanku dan terus sibuk memotong. ‘’Ayolah’’. Ibuku menengok.
   ‘’Sama ommu sana. Mama nggak bisa’’jawabnya lembut. ‘’Sibuk’’tolakku. Ibuku dengan santai tetap melanjutkan aktivitasnya. Aku melepaskan tarikanku dan mulai berlari menuju tempat Cica berada.
   ‘’Belajar yoo’’ajakku pada Cica. ‘’Sama papaku mau?’’tanyanya antusias. Aku mengangguk mantab. Cica memanggil manggil Ayahnya yang sedang enak enakan tidur.
  ‘’Ya ya ya, bentar Papa bawa sepeda dulu. Kamu bawa motor bonceng Mbak Sisy ya?’’kata Ayahnya. ‘’Ayo, mbak’’ajak Cica. Aku berjalan mengikutinya. Lalu menaiki motor yang mau digunakan Cica. ‘’Iso?’’tanyaku ragu. Ia menghela nafas panjang.
  ‘’Cica udah 3x naik motor, jelas dia bisa’’senyum Ayahnya. Aku terkagum kagum. ‘’Kalau nggak jatuh nggak asik’’kata Cica sembari tertawa kecil.
>>Skip.
  Dilapangan, aku diajarkan teori yang cukup aku mengerti. Lalu aku mulai praktek dan AMAZING-nya aku sudah langsung bisa walau masih kaku. Disaat aku sedang latihan, Cica tersenyum padaku dan melambaikan tangan menyemangatiku. Tiba tiba Mbak Yaya datang membawa motor MIO berwarna biru. Lalu Cica menaikinya dan menyalakan mesinnya. Kebetulan aku hampir mau ketempatnya. Cica sudah jalan duluan. Lalu aku berniat menyusulnya. Tetapi arena sudah bagaikan arena balap. Aku tidak tahan jika ada motor yang lain. Rasanya GREGET pengen ngebut buat nyalip. Eh kesampean. Menang pula.
>>Skip
  Ketika aku sedang asik bermain dengan Atun. Ibuku menyahut, ‘’Kamu nggak ke kolam renang?’’. ‘’Hmm? Ke kolam renang? Siapa?’’bingungku. ‘’Itu anak anak kecil, udah pada ngumpul tuh di rumah kulon’’kata Ibuku.
  Aku panik, takut ditinggal . Lalu aku berlari tergopoh gopoh menuju rumah kulon. Yang aku lihat hanyalah anak kecil ingusan yang bermain ciprat cipratan dengan telanjang tanpa busana yang ditemani oleh orangtua mereka.
  ‘’Itu tuh kolam renangnya, gih berenang sana. Mama udah siap kamera’’tawa Ibuku.
...
Kampret
...
>>Skip
  Sorenya ternyata kakakku diajak untuk belajar menyetir mobil olek pakdeku. Kakakku menolak nggak mau. Pintunya nggak dikunci tetapi kakakku tetap nggak mau sembari melambaikan tangan meyerah. ‘’Ayo masuk masuk!’’kata Mbak Yaya. ‘’YOOO’’teriakku dengan Cica. Kakakku kaget dan memaksakan diri masuk ke mobil.
   Diperjalanan Pakdeku mengajarkan teori yang sedikit aku mengerti. Tetapi tidak dengan kopling. Pakdeku menyetir menuju lapangan yang mau digunakan praktek. Dipake. Lalu di lapangan satu lagi, dipake. Sial amad, jadi kita memutuskan untuk pulang.
>>> 
   Jam 7, Pakdeku melanjutkan ingin mengajarkan Kakakku. Aku, Cica ingin masuk tetapi karena pintu yang biasa buat nyetir itu tidak dikunci jadi pada masuk semua yang kecil kecil lewat pintu itu. Aku menghela nafas dan menggeleng gelengkan kepala. Aku, Cica dan Pakde masuk ke mobil. Mbak Yaya membuka pintu dengan rasa kaget.
  ‘’Kok pada melu kabeh?’’bingung Mbak Yaya yang langsung duduk dan menutup pintu. ‘’Mboh’’kata Cica. Kakaku membuka pintu dan ingin duduk tetapi Juleha duduk di tempat duduk sebelah Pakde.
  ‘’Ojo no, iku buat Mbak Aning’’larang Pakde. Juleha dengan tersenyum merangkak kebelakang. Kakakku duduk disana dan menutup pintu. Mobil berjalan menuju lapangan terdekat yang sudah sepi karena permainan bola sudah selesai daritadi sebelum Maghrib.
  Kakakku mulai menjalankan mobilnya secara hati hati. Aku menikmatinya sembari membuka jendela mobil. Melihat bintang dan bulan yang tinggal setengahnya. Aku terus berkhayal menahan berat akibat memanggku anak kecil yang paling besar dari 3 anak cilik itu. Ditengah jalan tiba tiba mobil rem mendadak. Semuanya kaget termasuk aku.
  >>>
  Aku pergi ke Klaten, JUJUR. Kalian pasti nggak mau mendengar ceritaku. Soalnya aku hanya ketemu rumah tua, saudara yang bahkan nggak aku kenal, sam kambing pulangnya baru ke Ayam Ayam Resto. >>>>
  >>
   Ayahku inginnya langsung pulang, tetapi Ibuku ingin sekali membandingkan makanan punyanya dengan punya resto itu. Lalu kami menyempatkan diri ke resto yang megah itu. Pelayannya bisa dibilang sedikit, ada saungnya, KEREN DEH. Tetapi banyak nggak adanya, maksudnya? Itu tuh,  di menunya banyak tulisan makanan, tapi nyatanya pada nggak nggak ada. Lagi pengen tulang lunak nggak ada. Nasinya dikit pula jadi aku nambah satu piring lagi :p. Ibuku memesan steak yang sebenarnya ditolak sama Ayah karena takut nggak enak. Dan nyatanya BEH emang nggak enak. Tapi yang namanya laper, dimakan saja yang ada. 
>> 
   Disaat aku sudah ada dirumah, aku dengan segera ganti baju. Tapi aku ganti baju pergi lagi karena diajak ke kios omku. Aku dan Cica menunggu omku selesai berganti baju. Lalu omku mengeluarkan mobil dengan bak terbuka. Aku, Cica dan dek Kesha, langsung menaiki mobil itu.
   ‘’Nggak muat’’kata Cica yang merenggakan kakinya yang panjang itu. Aku menatapnya tajam. ‘’Gesaran’’kataku santai sembari mendorongnya.  Kesha tertawa dengan menutup mulutnya yang nggak bisa ditahan untuk tertawa. Tiba tiba omku datang membawa kunci dan menyalakannya.
   ‘’Yo’’ajaknya sembari memakai sabuk pengaman. ‘’Kesha nggak pakai sendal?’’tanyaku. Omku melihat kaki telanjang Kesha yang menggeliat ngeliat. ‘’EMOOH’’tolak Kesha yang sepertinya sudah tahu apa yang ingin dikatakan ayahnya. Omku menghela nafas dan keluar dari mobil. Lalu Kesha merangkak ke kanan di tempat setir dan memegang megang setirnya.
  ‘’Ojo! (jangan)’’perintah Cica. ‘’Ora popo (nggak apa apa). Cuma setirnya doang, kalo gas sama remnya baru bahaya’’tenangk
u. Lalu Kesha menginjak injak rem yang membuat Cica panik.
  ‘’Ojo!’’panik Cica. ‘’Ora popo. Cuma remnya doang, kalo dia ngotak ngatik ini baru-‘’kataku. Kesha mengotak atik benda yang aku maksud. Dan aku, Cica berteriak bersama.
>>Skip
   Disaat aku ingin pulang aku berharap aku bisa duduk di belakang. Maksudku ditempat dengan bak terbuka yang biasa untuk angkut barang.
  ‘’Boking boking yang belakang!’’seruku.
   Tetapi om-ku menaruh kotak berisi buah busuk dari kiosnya.
   ‘’Yaah nggak apa apa, kita masih mendapat tempat’’senyumku.
   Lalu anak buahnya manaruh beberapa kotak berisi buah busuk yang ada binatangnya seperti kecoa, lalu omku membuang sampah sampah yang ada di tong sampah birunya itu.
   ‘’Lain kali aja ya, ca?’’jijikku. Cica tertawa terbahak bahak melihat reaksiku dan menepok nepok pundakku.
  ‘’Jangan menyerah dulu lah.. Itu masih ada satu tempat lagi’’tawanya sembari menunjuk tempat yang belum terkena sampah.
   ‘’Lu aja sono, gue mah ogah’’tolakku.
>>Skip
   Di bawah terik mentari yang panas. Aku dan Cica terasa seperti terpanggang dirumah Nenekku yang besar. ‘’Panas’’keluhku. ‘’Beli es krim yuk’’ajakku. Cica mengangguk mantab. Lalu kami berdua berlari menuju teras memilih sepeda motor yang ingin kami naiki.
  ‘’Mau kemana?’’seru Kakakku. Kami kaget dan berbalik badan. Aku menyeringainya, ‘’Beli es krim’’. Kakakku menatap kami tajam bagaikan elang yang sudah menemukan mangsanya. Aku menelan ludahku dengan perasaan yang nggak enak.
...
  Gue bakal dibunuh sama kakak gue sendiri, tanpa alasan yang jelas. Hari ini
...
  ‘’Tunggu bentar, aku nitip’’kata Kakakku yang langsung berlari kecil ke dalam rumah. DOOR. Pikiranku sudah ingin meledak. Lalu meluncur tanpa alasan yang jelas.
  Kakaku berlari tergopoh gopoh membawa selembar dua puluh ribu rupiah. ‘’Beli 3/2 es krim ya! Kalau nggak minta kembaliannya’’katanya sembari berjalan menuju ke dalam rumah kembali.
  ‘’Kuncinya mana?’’panik Cica. ‘’Tanya Mbak Yaya!’’kataku yang ikut panik. Kami sama sama berlari tergopoh gopoh menuju ‘’Rumah Kulon’’.
  ‘’Kunci motor dimana?’’tanya Cica terengah engah. Mbak Yaya menjawab, ‘’Di motornya’’. Cica menggeleng. ‘’Sama Budhe’’. Cica menggeleng. ‘’Tempat biasa?’’. ‘’Nggak... OH IYA!’’girang Cica yang langsung mengajakku untuk berlari.
  ‘’Oke dapet, saatnya pergi ke tanggul’’girang Cica. ‘’Anu’’cemasku. ‘’Apa?’’. ‘’Bensinnya habis’’kataku yang menunjukkan anak panah kecil yang menunjuk kearah gambar pom bensin. DOOR. Cica terdiam ditempat.
  Cica menghembuskan nafas. ‘’Yaudah kita beli dulu’’ kata Cica yang melihat dengan seksama anak panah kecil di motor berwarna biru itu.
  ‘’Aku ambil duit dulu’’kataku sembari berlari tergopoh gopoh ke dalam rumah. Jika aku mampu mengaku aku tidak mempunyai uang untuk membeli bensin. Yang lebih jelasnya, nggak tega. Mending uangnya buat beli komik di Gramed. Tetapi beruntungnya aku menemukan ayahku di meja makan dekat kamar sedang makan siang.
...
JACKPOT
...
  ‘’Papa, minta duit dong!’’mintaku. Ayahku menghentikan acara makannya itu. Lalu menatap wajahku dengan tajam seperti yang dilakukan kakakku tadi.
...
Anak sama ayah, sama aja. (*bitch please. Meme mode on)
...
   ‘’Buat apa?’’tanyanya. ‘’Buat isi bensin motor’’senyumku yang agak malu. Ayahku memasukkan 3 suap nasi ke mulutnya. Aku hanya menunggu disana.
  ‘’Dimana?’’tanyanya lagi. ‘’Dipojokan situ’’jawabku sembari menunjukkan arah tempat penjualan bensin yang tidak tahu asal usul bensinnya itu.
  Ayahku menghela nafas. ‘’Disitu kan’ belum tentu bensinnya bagus. Beli di pom bensin aja’’kata Ayahku. ‘’Kan’ jauh. Cica nggak bisa nyebrang jalan besar’’keluhku.
  Ayahku yang sepertinya sudah kalah akhirnya berusaha menyuruhku untuk bertanya pada Omku yang bernama ‘’Om Cica’’. Karena aku masih tidak tahu namanya. ‘’Yaudah deh’’kataku sembari berjalan menuju Cica.
  ‘’Bapakmu ndi ,Ca?’’tanyaku sembari melengok lengok kanan dan ke kiri. ‘’Lho, motore ndi, Ca?’’bingungku yang menyadarinya. ‘’Motore dah dibawa sama bapakku’’katanya sembari tertawa kencang. Aku ber oh oh.
>>Skip
  ‘’Sekian lama, kami menunggu
  Kedatanganmu..
  DATANGLAH, kedatanganmu kutunggu
  DATANGLAH kusudah bosan menunggu
  JENG JENG DOOR’’.
  Akhirnya om Cica benar benar datang dengan senyuman lebar yang pernah aku lihat.
  Aku dan Cica segera menaiki moto biru itu dengan rasa gembira. Kami menaiki motor sembari bercerita tentang pengalaman hidup selama satu tahun ini. Tanpa mempedulikan kami hampir menabrak sesuatu. Bukan motor bukan mobil apalagi TRUK. Dan juga bukan hewan bukan manusia, bayi, remaja, dan orang tua. Tetapi hanya sebuah BATU yang membuat perjalan sedikit terhambat.
  ‘’TURUN SEK!’’perintahnya yang berusaha mengegas motor yang berwarna biru itu. ‘’Hooh’’kataku sembari menuruni motor biru itu. ‘’Akhirnya..’’leganya.
>>Skip
  Setelah kita sudah mendapat es krim yang kita mau (walaupun tidak sesuai harapan). Kami akhirnya memutuskan untuk pulang (Yaah pulanglah, masa nginep).
  Aku membawa sekantong es krim dengan uang kembalian yang tinggal cepe dan gope itu dalam bentuk logam, satu perak satu emas. Aku merasakan firasat buruk yang akan terjadi. Aku dan Cica menyusuri ruangan tempat sepupuku  yang lain tidur, dan kolam renang anak kecil bekas tempat menyuci baju. Kami menuju arah suara Kakakku berada.
  ‘’Ini, mbak es krim—‘’kataku yang kaget melihat anak kecil yang seharusnya sudah mandi sekarang. ‘’Mana es krimnya!’’teriak anak anak kecil itu yang langsung berlari kearahku. Aku panik lalu berlari secepat mungkin menuju rumah utama. Aku berteriak teriak tidak karuan. Aku capek dan akhirnya meninggalkan sekantung es krim itu di sebuah kulkas. Tetapi aku tahu itu tidak aman, lalu aku mengambilnya kembali tetapi terlambat. Kantung itu robek dan isinya kemana mana sampai tumpeh tumpeh. Dan mereka mendapatkan es krim itu. Orang tuaku yang melihatnya tertawa dari meja makan.
...
KAMPRET, ANAK ANAK KAMPREEEEEEEEEEEEEEEEETZ
...
>>Skip.
  Aku menuju rumah Kulon dan mendapati anak anak sialan itu sedang memakan es krim yang salah satunya dari jerih payahku menyisikan uang jajan. Bulekku datang sembari tertawa melihatnya. ‘’BULEKKKKKKKKKK GANTEEEEEEEEEEEE!’’kesalku dan Cica. ‘’Yang makan siapa, minta kesiapa’’kata Bulek Aping. ‘’Yang makan kan’ anakmu bulek!’’kataku.
  ‘’Yee, tapi Aping kan’ belum makan es krimnya. Ayo Aping, itu es krim-nya punya anak gede’’bujuk Bulek Aping. Aku menunggu reaksinya,  ternyata reaksinya adalah DOOR. ‘’Nggak!’’bentak Aping. Aping membuka bungkusannya dan bergabung dengan anak anak sialan lainnya.
  ‘’GANTEEEEEEEEEEE BULEEEEEEEK’’sorak aku dan Cica. ‘’Iya iya’’kata Bulek Aping. Aku berjalan menuju dapur dengan penuh amarah.
  ‘’Bulek, mana bule. GANTEEEEEEEEE BULEEEEEK’’sorakku pada Bulek Atuun. ‘’Entar’’katanya santai. ‘’MANAAAAAAA BULEEEEEEEK’’sorakku lagi. ‘’Entar ah’’katanya lagi. Dengan kesal aku meratapi Dek Dulah anak pertama Bulek Atun dengan perasaan yang sudah bagaikan air panas yang menguap.
  Aku berjalan menuju Bulek Atun, lalu merebut Atun dari gendongannya. Dan berlari secepatnya menuju rumah kulon sembari bersorak, ‘’DUITNYA DULU BARU ATUNNYA!’’. Aku tertawa tawa seperti orang gila berlari lari menyusuri anak sialan yang sedang memakan gigit demi gigit es krim mahal yang dibeli aku dan Cica.
  Aku menidurkan Atun di kasur yang sepertinya bingung dengan keadaan yang sesungguhnya. Lalu Bulek Atun datang merebutnya kembali. ‘’Duitnya mana Bulek?’’sorakku. ‘’Entar’’katanya santai sembari membawa anaknya menuju rumah utama.
  Aku mendengarkan ada yang menangis di kamar sebelah. Lalu aku berlari kecil menuju ruangan itu. Aku melihat Mas Awan sedang terpojok bersama Mbak Yaya. Dengan rasa tidak peduli aku meninggalkan mereka berdua.
...
BOMAT
...
>>Skip.
  Disaat aku di kamar mandi. Lebih tepatnya setelah mandi. Aku masih demen disana walau sudah berpakaian disana sekalipun.
‘’DIMANA, KAMU DIMANA
DISINI BUKAN
*BAYARLAH HUTANGMU ITU!
KUTANGGAL TUAAAAAAAAAAAAA
      #JANGAN MENGUTANG BILA TAK PUNYA UANG UNTUK MEMBAYAR UTANG
KARNA UTANG ITU TAK BISA DIBAYAR
UTANG BUTUH WAKTU UNTUK BISA KITA BAYARKAN.

KU INGIN MEMAKAN POP MIE
KU TAK PUNYA DUIT..
Back to * and #
“KU TAK BEKERJA JELAS NGGAK PUNYA UANG UNTK MEMBAYAR HUTANG
KARENA AKU NGANGGUR,  TAK PUNYA BIAYA
JELAS KUTAK BISA BAYAR HUTANG HUTANGKU ITU!
  OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOH KAMPREET...’’
>>Skip
  Ini hari terakhir kami berada disini. Tandanya perpisahan di malam hari setelah Maghrib. Sebenarnya aku pulangnya besok. Cica menangis meraung raung, tidak bisa menerima itu hari terakhirnya di kampung. Ia masih pengen bermain bersama sama. Aku berjalan kearahnya yang sedang duduk di atas kursi kayu jati itu. Aku nggak tega melihat Cica yang menangis terisak isak seperti itu.
  ‘’Cica, ini memang hari terakhir. Tapi kita masih bisa bertemu lagi.’’hiburku. ‘’Taa.. Pi. Nggak seperti ini. Aku masih ingin disini!’’bentakknya. Aku menghela nafas panjang dan memegangi tangannya. ‘’LO LESBI YA?’’bentaknya. Aku menggelengkan kepala.
  ‘’Hanya ingin menghibur sepupuku.. ‘’senyumku. ‘’Kita masih bisa bertemu lagi, kok’’lanjutku. ‘’Mungkin tidak seperti ini!’’isaknya. Aku memutar bola mataku mencari ide untuk berbicara.
  ‘’Hey, masa mau seperti ini lagi sih? Maksudmu kamu ingin kaya kejadian es krim kemarin?’’tannyaku sembari tertawa kecil. Ia menggelengkan kepalanya. ‘’Maksudmu tidak seperti ini tuh seperti apa?’’tanyaku. 
  Cica mengusap matanya lalu berkata, ‘’Mungkin tidak seutuh sekarang’’. Aku terdiam sejenak. ‘’Mungkin begitu, tetapi percayalah lebaran berikutnya akan lebih menyenangkan daripada tahun ini’’Kataku meyakinkannya. ‘’Lagian, kita masih bisa kesini saat liburan panjang tiba’’lanjutku.
  Cica berhenti menangis . ‘’Jika begitu, aku ingin tahun depan aku masih bisa melihatmu. Dan yang lain. Mbah Putri, Mbah Kakung. Dan kau harus bisa belajar bahasa Jawa ya?’’ senyumnya. ‘’Janji ya?’’
  Aku kaget, lalu aku tersenyum tipis. ‘’Aku tak—‘’kataku yang bersuara kecil. ‘’Hmm?’’. ‘’Bisa berjanji padamu’’senyumku dengan suara normal. Cica tertawa riang mendengarnya. Yang aku maksud adalah aku tidak bisa berjanji padanya.
  Cica dipanggil oleh Ayahnya untuk masuk ke mobil. Ia melambaikan tanda bahagianya dan memasukkan semua tubuhnya ke dalam mobil. ‘’SELAMAT TINGGAL’’soraknya.
  ...
   Seharusnya, akulah yang harus menangis. Harusnya aku yang meraung raung. Ini mungkin adalah sebuah perpisahan denganmu. Lebaran terakhir yang akan aku alami. Sejak 4 bulan yang lalu aku sudah dinyatakan dokter akan meninggal 7 bulan lagi. Apakah kau tak lihat rambutku mulai rontok? Setiap malam batuk dengan darah? Harusnya aku yang bilang padamu selamat tinggal. Dengan tetesan air mata, karena perpisahan terakhir. Kenapa semuanya terjadi padaku?
...
 Tak sadar air mataku mulai pecah dan melewati kedua pipiku. Aku melambaikan tangan perpisahan. Aku berharap ini akan menjadi kenangan terindah dalam hidupku. Dan aku hanya ingin kau tahu.. INI SEMUA APRIL MOP TELAAAAAAAT. #digebukin warga. Oke bro, jangan diaminin! OI OIIIIIIIIIIIIIIIIIIII!!!! Semuanya bohong bro #nari gangnam style. Semuanya sudah bilang Amin!? JANGAN BROOOOO. INI HANYA CERITA YANG SEBAGIAN DARI DUNIA NYATA SANG CREATOR.
  ‘’Ho ho ho’’suddenly Gaje is appears.
>>Skip kebohongan ini!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
  Oke masbro... Soal Cica nangis emang benar, soal CICA pulang juga benar. Tapi drama GAJE itu BOHONG. Tolong jangan didoaakan. Nanti aku tidak bisa muncul di beberapa cerita lagi. Gue lagi bikin KARIER disini. UDAH PW (posisi wenak)! Kalo diaminin dalam 2 bulan mendatang, LO KAGAK BISA NGELIAT NAMA GUE LAGEEEEEEEE! Oke stop kegilaan ini. DASAR CREATOR GAJEEEE.
  ‘’Itu nama gue bro’’tawa Gaje.
  ‘’Ngapain lo muncul? Tunggu kok jadi aneh gene seh?’’bentakku
  ‘’Serah gue dong, yang bikin cerita siapa. YEEEEEEEEEEEE MATRE’’ledeknya.
  ‘’Apaan sih LO. Cari masalah sama gue? Ayo secara jantan dilapangan!’’bentakku.
  ‘’Gampang, pas lo mau mukul gue. Nama lo tinggal gue apus. Terus lo ilang deh..’’katanya dengan sok.
  Gaje tertawa akan kemenangannya. ‘’HOHOHOHOHO’’
  Aku SUDAH CAPEK AKAN CERPEN INI. BA BAYAYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY.
  ‘’Dagh’’kata Gaje sembari menyeruput kopi.
‘’ NGAPAIN LO MUNCUL!?’’bentakku.
‘’yang bikin cerita siapa..’’
Aku terdiam kaku.
  ‘’YEEEEEE MALU NICH YEEEE’’
....
ANJREEEEEEEET. CRETORRR SIALAAAAAN
....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rehat

Bagi yang ngga tau, gue ngebuat komik di webtoon dengan judul 'cliche'. Komik tersebut sudah gue ulang sebanyak 3x dengan viewer yan...