Kamis, 01 Agustus 2013

Darah Terakhir

   Disaat langit berwarna biru dan liburan sudah tinggal 3 minggu lagi. Aku mengunjungi rumah nenekku di desa. Kakekku sudah meninggal, tetapi kata nenek. Kakek meninggal karena perjuangan melawan negara. Aku tidak terlalu percaya karena ketika aku melihat fotonya bersama nenek. Ia terlihat biasa biasa saja dengan tubuhnya yang kurus tak berotot dengan kulit cokelat manis yang mewarnai tubuhnya. Dikampung, nenek mempunyai sebuah kendi hitam bercorak naga. Kata nenek didalamnya ada sebuah arwah seorang Raja yang ketika masa pemerintahannya dipercaya adalah masa paling kejam dari masa masa sebelumnya. Raja Shingaja Purwo mati karena kepalanya dipenggal oleh seorang pendekar berbaju hitam dengan sorban. Ketika jasadnya dikubur disebuah hutan mati, arwahnya bergentayangan dan masih membuat warga ketakutan. Seperti memakan bayi yang baru lahir, membunuh sebagian anak perawan, dan menampakkan diri secara tiba tiba kepada orang orang. Karena itulah warga sangat takut, selama 1 abad arwah raja itu bergentayangan. Tetapi Kakek menyegel arwah raja itu disebuah kendi hitam bercorak naga yang nenek pajang di ruang tamu. Ketika arwah itu selalu memberontak untuk tidak disegel oleh Kakek. Kakek mengeluarkan semua tenaganya dan pada akhirnya meninggal dunia. Sejak Nenek menceritakan sejarah kendi hitam itu, aku selalu ketakutan memegang ataupun ke ruang tamu sekalipun.
   Aku sudah sampai dirumah Nenek di desa. Setelah berjalan beberapa langkah dari mobil hitam kuno milikku, Nenek berlari lari kecil untuk memelukku dan mencium keningku. Lalu nenek mengantar kami ke ruang tamu. Dengan segera aku berlari meninggalkan ruang tamu menuju sebuah kamar yang dibikin khusus untukku. Aku sangat takut! Nenek hanya mempunyai anak satu, karena itu aku tidak mempunyai sepupu. Di kamar aku terus memandangi dinding yang bercat merah muda dengan hiasan dinding buatanku. Jika aku sudah memandang dinding, aku selalu mengkhayal yang aneh aneh lalu tertidur lelap. Seperti menjadi tuan putri, mempunyai mesin waktu, jam waktu... Dari semua khayalanku tidak ada yang menjadi nyata.
  Aku sangat membenci setan. Di khayalanku setan mempunyai wajah yang menakutkan, pemakan daging daging dan darah manusia. Karena setan aku selalu takut jika aku tidur sendiri, takut memakai kamar mandi disaat malam telah tiba. Dan aku juga takut dengan pohon pisang dan ruangan tanpa suara. TAKUT! Ketika aku sedang bermimpi aku terbangun dengan tiba tiba. Tubuhku tidak bisa bergerak. Aku TAKUT, jangan jangan itu setan yang menindihi ku. Aku TAKUT, SEKALI. Ketika tubuhku sudah normal kembali. Dengan segera aku berlari kencang meninggalkan kamar dan menuju kamar orang tuaku. Tidak ada. Aku terus berlari mencari kedua orang tuaku.
...
Apakah mereka dimakan oleh setan
...
  Aku menyerah hingga membuat air mataku keluar  dengan deras. Tiba tiba ada seseorang ada yang datang memelukku, aku berharap itu adalah nenek atau Mama atau Papa. Tetapi yang aku lihat hanyalah sebuah makhluk berambut panjang berwajah blur. Badanku seperi terpaku dipelukannya. Tiba tiba hidung, mata, mulut, alis, pipi muncul satu persatu di wajahnya. Lalu ia tersenyum kepadaku. Didalam pikiranku hanya satu kata yang muncul ‘TAKUT’. Aku berusaha melepaskan pelukannya, lalu berlari meninggalkannya menuju kamar mandi. Ketika aku menghadap cermin besar yang berada ditengah tengah kamar mandi. Terpantul bayangan anak perempuan berambut panjang yang menyeringaiku. Aku ketakutan lalu berlari menuju kamar mandi. Aku bingung jika di kamarku ada sebuah cermin besar. Ketika aku menengok kebelakangg ada seseorang yang memakai baju hitam bersorban seperti gambaran yang selalu nenek ceritakan, mendorongku ke dunia cermin. Disana aku melihat seorang laki laki bertubuh cungkring persis sama dengan foto yang nenek berikan padaku. ‘’Makhluk itu datang, dan ia akan bangkit. Cepat buang darah terakhir. Musnahkan tulang dan benda itu beserta isinya. Tiara’’ucap laki laki itu lalu tiba tiba makin lama semakin menghilang dan semuanya menjadi gelap.
  Aku terbangun dalam tidurku. Ketika aku terbangun langit makin lama semakin terang karena mentari terbit. Aku melempar selimutku dan berlari lari kecil menuju ruang makan.  Aku menceritakan semua kepada nenek. ‘’Apa maksud dari ‘Makhluk itu datang, dan ia akan bangkit. Cepat buang darah terakhir. Musnahkan tulang benda dan benda itu beserta isinya’?’’. Nenek sangat kaget hingga ia tersedak oleh air liurnya sendiri. ‘’UHUK UHUK’’. ‘’IBU? Nggak apa apa?’’panik Papaku. ‘’Nggak apa apa. Tiara.. Apakah kamu benar bermimpi begitu?’’tanya Nenek. Aku mengangguk pelan. Nenek menghela nafas lalu berjalan meninggalkan ruang makan menuju kamarnya yang tida jauh dari meja makan. Aku melanjutkan memakan ayam goreng dan sepiring nasi putih. ‘’Tiara, jangan suka makan kebanyakan ah!’’kata Mama menghentikan tanganku yang ingin memasukkan sesuap sendok penuh nasi. Aku menoleh kearah Mama. ‘’Kenapa Ma?’’.’’Nanti kamu gendut loh, sini nasinya kasih ke PAPA saja’’kata Mama sembari mengambil piringku dan mengambil  7 sendok nasi dan memberikan pada Papa. Papa yang nggak menerimanya menghentikan tangan Mama yang ingin memberikan nasi di sendok ke-8. Pada akhirnya mereka berdua bermain perang perangan dengan sendok. Dan dianggap serius sehingga mereka melempar sendok mereka lalu mengambil kris yang berada di bawah meja makan. ‘’Aku tidak akan kalah darimu lagi, Putri’’senyum Papa. ‘’Aku juga sama, JOSEPH’’bentak Mama sembari mengehentikan langkahnya. Aku yang tidak terlalu peduli sama kedua orang tuaku yang sedang bermain perang perangan dan saling tidak ingin mengalah. Aku mengambil sendok yang baru lalu mengambil nasi yang lebih banyak, ‘’Nggak peduli ah, yang penting kenyang’’. ‘’Kalian ini, seperti anak kecil saja. Dari kecil nggak mau kalah. Sudah duduk saja dulu!’’kata Nenek sembari menunjukkan sebuah botol yang berisi cairan berwarna cokelat tua. ‘’Apa itu nek?’’tanyaku. ‘’Ini, darah terakhir Raja Shingaja Purwo’’. Aku terdiam, lalu melanjutkan makanku lagi. ‘’Sesuai yang ada di mimpimu. Kita harus membuang darah ini ke laut Jawa, sebelum orang itu mengambilnya’’
>>Skip waktu
  Esoknya, Nenek mengundang teman temanku sejak kecil untuk menemaniku bermain. Kami masih suka bermain petak umpet dan bentengan. ‘’Padahal, anak anak jaman sekarang pada jarang bermain seperti ini lagi’’kata Pejo yang menjaga benteng. ‘’Yaah, perkembangan teknologi’’. Aku berlari lari berusaha menyentuh benteng Pejo, tetapi dihalang oleh Dela. ‘’Maen benteng kagak ngajak ngajak’’kata Dela. ‘’Kapan pulang?’’tanyaku yang mencari cara agar bisa melewatinya. ‘’Baru datang, langsung kesini’’jawabnya. Matanya masih fokus agar bisa menghalangiku dan berusaha menyentuhku. Aku terus menghindar darinya. ‘’Ooh’’. Ketika Dela memeragakan gerakan karatenya untuk menyentuhku, aku mulai merangkak melewati celah yang dibuat dari kedua kaki Dela yang berharap gayanya seperti penjaga bola. Ketika kepalaku berhasil melewatinya, semua mata tertuju padaku. ‘’FEELS LIKE GANGNAM STYLE! EEEE SEXY LADY, OP OP OP OP OPPA GANGNAM STYLE!’’teriak Desta. Aku dan Dela kaget. ‘’KAMFERA KAMFERA’’sorak Denis sembari mengeluarkan sebuah kamera berwarna hitam dari tas punggungnya. ‘’Ayo lakukan lagi!’’perintah Karin.  David memakai sebuah kardus yang bentuknya seperti mobil yang sudah dicat kuning. ‘’Hubungannya apa lagi, vid?’’tanya Shifa sembari tertawa kecil. ‘’Nggak ada, pake aja. Ayo nis, FOTO FOTO’’sorak David sembari bergaya alay. ‘’JIJIK’’sorak yang lain.
  Ketika kami sudah kelelahan kami terdiam ditengah tengah lapangan yang sepi pada siang hari. Kami duduk ditumpukan daun pisang yang kami ambil sebelumnya. ‘’Aduh cafre-nya’’keluh Denis sembari membaringkan diri. ‘’Sama nis, emg kamu doang?’’kata Pejo mengikuti apa yang Denis lakukan. Satu persatu semua melakukan hal yang sama, yang dilakukan Denis. ‘’CAPEEEEEEK’’keluh kami. ‘’Aku berharap ada yang mengantar minuman dingin kesini’’harapku. ‘’Ente ngimfi’’sorak Denis. Semuanya tertawa ketika kami memasuki rumah Nenekku.
  Nenek, Papa dan Mamaku terbaring penuh darah disebuah ruangan gelap tetapi terlihat karena sinar mentari melewati jendela. Tiba tiba ada seseorang yang muncul dari kegelapan.
...
Siapa?
...
  Orang itu membuka jubahnya lalu berjalan sembari menyeringaiku. ‘’Keluargamu sudah mati, Tiara’’ ucap orang itu sembari menginjak tumpukan jasad yang terdiri dari Papa, Mama, dan Nenek. Shifa dan Dela ketakutan dan membuatku menjadi benteng saking takutnya. Pejo datang sembari memberikan David  dan Denis sebuah pedang mainan yang berbunyi jika digerakkan. ‘’APA GUNANYA INI, JO!?’’bingung David dan Denis bersamaan. ‘’Sepertinya kacang itu memang mahal ya sekarang. Anak anak jaman sekarang’’kata Orang aneh itu. ‘’Apa maumu?’’kataku. Orang itu tersenyum kepadaku dan menunjukkan sebuah kendi hitam bercorak naga.
...
Kendi itu..
...
  ‘’Dan darah terakhir, DIMANA ITU?’’bentak orang itu. ‘’MANA ANE TAHU KAMFRETO’’bentakku. Orang itu mendorong kami hingga keluar ruangan. ‘’Nggak ada bertanya sama anak kecil. Lebih baik aku bunuh kalian’’kata orang itu mengeluarkan pedang panjangnya. ‘’KAMI BERANI’’sorak kami bersama sama. ‘’Berani?’’. Kita kabur bersama sama.
  ‘’NGAPAIN KITA KABUR?’’tanya Shifa yang masih berlari lari. ‘’ENTE MAU MAFI?’’bentak Denis. Kami terus berlari, terus berlari. Hingga kami masuk ke sebuah mobil milik Nenekku. Aku teringat jasad keluargaku yang diinjak injak oleh orang Hina macam tadi. Air mataku menetes, terus menetes. ‘’Eeh kenapa nangis?’’kaget Desta. ‘’Kamu apain anakku?’’bentak Karin. ‘’Sejak kapan ente jadi ifunya? Mane ane tafu’’kata Denis sembari mengemudikan mobil yang kebetulan ada sebuah kunci yang tersimpan di sebuah kotak hitam, disampingnya ada sebuah botol yang isinya berupa cairan berwarna merah kecokelatan. ‘’Ini apa?’’bingung pejo sembari memberikanku botol tersebut. Air mataku terhenti lalu mengambil botol itu dan melihatnya dengan seksama.
...
Jangan jangan ini
...
  ‘’Darah terakhir’’ucapku kaget. ‘’Darah terakhir? Apa itu?’’tanya mereka dengan serempak. ‘’Darah yang diambil oleh pendekar berbaju hitam dari Raja Shingaja Purwo’’jawabku tertunduk sedih. ‘’Cuma gara gara botol ini, keluargaku sampai dibunuh’’lanjutku. ‘’Aku ikut berduka ya, Tiara’’kata Shifa yang menyelesaikan kartu yang tadi ia mainkan. ‘’Aku juga’’kata mereka serempak. ‘’Ane juga, bah the weh kite mau kemanah?’’tanya Denis. ‘’Ke laut Jawa’’
>>Skip Waktu.
  Kami sudah sampai di sekitar Samudera Indonesia. ‘’Lalu mau ngafain? Cafek nih’’keluh Denis. ‘’Membuang botol ini’’jawabku. ‘’Oi BANGUN’’teriakku. Semua anak yang tertidur mulai bangun satu persatu. ‘’Laper, ane laper’’keluh Denis lagi yang memberhentikan mobil didekat pantai. ‘’Makan, makan’’lanjut Denis. ‘’Aduuh, aku nggak bawa duit. Ente bawa kagak?’’tanyaku. ‘’Ya kagak lah, dompet ane isinya kartu semua’’kata Denis. Aku menghela nafas dan mulai mencari sesuatu, berharap menemukan makanan yang ada di mobil. ‘’Tir, aku nemu 3 kantong besar ganggu orang tidur daritadi malem’’kata Shifa. Aku girang langsung kusambar 3 kantung besar itu dari tangan Shifa. Lalu kucek satu persatu. ‘’Makananan, dan duit’’girangku. ‘’Ciyus? Bagi dong! Ada apa aja?’’girang David yang langsung ikutan memeriksa isi kantung itu. ‘’Inyong lagi tidur gangguin aja, ada apaan sih?’’keluh Pejo. ‘’Iler ente ganggu Imej orang’’ucap Denis. Pejo mengelap ilernya dengan tisu yang ada tepat disebelahnya. ‘’Mau apa? Roti, nasi, sup, snack, atau mau beli aja diwarung?’’tawarku. ‘’Aku mau roti’’.’’Sup!’’.’’ROTI’’. ‘’Ambil lah sono’’kataku sembari mengambil roti dan menyerahkan 3 kantung besar itu.
  Setelah semua orang sudah makan, aku turun dari mobil membawa sebotol cairan darah itu. ‘’Mau kemana?’’tanya Dela. ‘’Buang botol’’jawabku yang terus berjalan. ‘’Ikut!’’kata mereka serempak. Kami sama sama berjalan menuju pantai, ketika aku ingin membuang botol yang membuat keluargaku meninggal. Datang orang yang yang membunuh mereka. ‘’Sudah kuduga, botol itu ada pada kalian’’kata orang aneh itu. ‘’Apa maumu?’’bentakku. ‘’Ya, ngambillah’’kata orang aneh itu sembari berjalan mendekatiku. ‘’Serahkan botol itu kalau nggak mau mati!’’ancam orang itu sembari mengeluarkan pedangnya. ‘’...’’.
  ‘’Ane jadi ingat lagu, Nenek moyangku seorang pelaut-‘’.’’Bukan saatnya nyanyi’’bentak Dela sembari memukul kepala Denis. ‘’Temanmu lucu juga’’kata orang aneh itu. ‘’Mau dipacarin?’’ledekku. ‘’Yaah kurang lebih jika dia bukan musuhku saat ini’’.
...
LOLICON
...
  ‘’Oh iya, kalau pengen nih botol’’kataku sembari melempar botol itu ketengah laut. ‘’Berenang sono, tapi bakal susah. Karena darah itu sudah diterima oleh dewa dan nggak bisa dikembalikan. Bay, pergi dulu ya’’kataku sembari menarik teman temanku yang bengong melihat reaksiku. Kami terus berlari hingga memasuki mobil kembali. ‘’Orang gila itu kagak ngejar’’ujar Dela.  ‘’Khilaf kali’’kata David. ‘’Udah ah jalan!’’perintah Karin. Ketika kami ingin menjalani mobil, tiba tiba ada seeokor kucing putih kecil yang duduk dengan manis didepan mobil yang ingin jalan. ‘’AWW CUTE’’sorak kami serempak. Aku turun dari mobil dan memungut kucing kecil itu ke dalam mobil.
...
   Aku teringat ucapan Nenek, nanti aku akan bertemu seekor macan yang sangat buas. Macan itu adalah binatang peliharaan Raja Shingaja Purwo. Ketika macan itu mulai menggigit itu akan membunuh orang yang digigitnya dengan racun yang ada ditaringnya. Ah boong ah
...
  ‘’Darah terakhir ada di anak itu’’
>>Skip waktu
  Ketika langit sudah berwarna hitam dihiasi rembulan dan bintang, tiba tiba saja mobil yang kita kendarai kehabisan bahan bakar. Maka dari itu kami harus mendorong mobil itu bersama sama sampai pom bensin. ‘’Akhirnya sampe juga, makanya tadi tuh beli bensin dulu. Nekad sih. Udah tau bensih dah pengen habis’’kata Karin. ‘’Ane minta maaf deh, ane kan’ pengen cepet pulang’’ujar Denis. ‘’Semuanya juga kale’’sorakku. Disaat pengisian, aku memakan kacang tanah, tiba tiba kantungnya robek karena air dan kacang kacang itu jatuh membentuk panah. Dan panah itu mengarah ke kucing kecil yang aku pungut tadi siang.
...
  Perasaan ku nggak enak dengan kucing ini
...
  Kucing itu menatapku dengan tajam seperti menghipnotisku, lalu ia turun dari mobil dan mengacak acak kacang tanah itu yang membentuk anak panah. ‘’Meow’’.
  Ketika aku merasa mobil yang kami kendarai sudah bergerak jauh dari pom bensin. Pom bensin itu dengan tiba tiba meledak dengan sendirinya. Semua orang di mobil kaget termasuk aku. ‘’Kenapa ya?’’. ‘’Untung kita tadi nggak ada disana’’.’’Yaa..’’.
>>>Skip
  Suara decit ban mobil berbunyi tanda kami sudah berada di tempat semula sekarang. Didepan rumah sudah ada polisi yang masih mengurusi masalah kematian kedua orangtuaku dan nenekku.’’Apa apaan ini? Kalian tidak bisa kesini!’’kata polisi yang  perbertubuh besar. ‘’Ini rumah bahaya!’’ kata yang lebih kecil. ‘’Cepat pergi, ini buka tempat bermain ataupun markas’’. ‘’Tapi ini rumah saya pak! Saya baru pergi 1 hari, kangen sama rumah nggak boleh masuk’’kataku yang membuat polis polisi itu terdiam karena malu.
  Aku melihat jasad jasad keluargaku diantar ke mobil ambulance. ‘’Adek kenal dengan orang orang itu?’’tanya polisi yang bertubuh kekar. Aku menitikkan air mata mengenang orang aneh itu menginjak injak tubuh ketiga orang yang sangat menyayangiku dengan tulus. ‘’Mereka orang tuaku’’.Polisi itu mencatat apa yang sudah aku katakan di sebuah buku kecil yang mereka bawa lebih dulu. Tiba tiba polisi itu ambruk dan membuatku kaget. Satu persatu semua tertusuk oleh sebuah benda tajam seperti panah yang sudah benar benar diasadh lebih dulu.
...
Apa apaan ini
...
  Aku menengok ke arah mobil, dan melihat teman temanku yang sudah tidak bernyawa lagi dengan pintu yang terbuka lebar di belakang dan di samping mobil. ‘’Kenapa? Kaget? Semua sudah mati. Dan kamu juga’’kata orang aneh itu. Kucing kecil itu menuruni mobil dan berjalan mendekatiku. Aku menangkapnya dan memeluknya. ‘’Tidak akan’’. ‘’Hmm, tapi nggak masalah. Biarlah makhluk lain yang membunuhmu selain aku’’ senyumnya.
....
  Apa maksudnya?
....
  Kucing itu tiba tiba berubah besar dan menggigit tanganku dengan taringnya yang  beracun. ‘’Waktumu sebentar lagi habis’’. Kucing yang berubah menjadi macan itu terus menggigitku hingga aku mengalami pendarahan yang hebat . Aku merasakan racun sudah mengalir ke semua tubuhku. Aku juga merasakan jantungku sebentar lagi berhenti berdetak. Orang aneh itu mengambil darahku lalu berlalu dari hadapanku.
...
  Aku tidak percaya aku mati. Karena sebotol darah yang aku buang ke Lautan Jawa. Aku tidak mengerti kenapa mereka sebegitu kejamnya terhadap anak dibawah umur.  Aku tidak bisa mencerna semua ini.
  Aku masih ingin bermain. Aku.. Tidak ingin mati.
...
  Sekilas aku melihat sesosok orang bertubuh cungkring berkulit cokelat yang keluar dari kalung pemberian nenekku, keluar dan melawan orang aneh itu. Orang cungkring itu berusaha melawan macan besar yang tingginya 4 meter dan membunuh orang aneh itu. ‘’Darah terakhir...’’ucapku. Semuanya menjadi gelap.
...
Apakah aku sudah mati?
...
>>>>>>>>>>>>> 
  Aku membuka mata dan masih bisa melihat sekelilingku. ‘’Beginikah bentuk surga?’’bingungku. Tiba tiba datanglah seorang perempuan berbaju putih. ‘’Apakah engkau adalah malaikat tanpa sayap?’’tanyaku. Perempuan itu hanya tertawa lalu menggeleng gelengkan kepala. ‘’Lalu kamu siapa?’’tanyaku. ‘’Aku adalah suster disini, kamu ada dirumah sakit. Kamu diselamatkan oleh polisi yang kebetulan tidur di mobil’’senyumnya. ‘’Siapakah yang menyelamatkanku?’’. Perempuan itu meenghela nafas. ‘’Tidurlah, di masa depanmu akan banyak ada petualangan yang mungkin lebih menakutkan dari ini. Jadi bersiaplah’’kata perempuan itu yang makin lama mukanya berubah menjadi anak perempuan yang ada di mimpiku lalu menghilang menjadi abu.


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rehat

Bagi yang ngga tau, gue ngebuat komik di webtoon dengan judul 'cliche'. Komik tersebut sudah gue ulang sebanyak 3x dengan viewer yan...