Disaat langit berwarna biru dan liburan sudah
tinggal 3 minggu lagi. Aku mengunjungi rumah nenekku di desa. Kakekku sudah
meninggal, tetapi kata nenek. Kakek meninggal karena perjuangan melawan negara.
Aku tidak terlalu percaya karena ketika aku melihat fotonya bersama nenek. Ia
terlihat biasa biasa saja dengan tubuhnya yang kurus tak berotot dengan kulit cokelat
manis yang mewarnai tubuhnya. Dikampung, nenek mempunyai sebuah kendi hitam
bercorak naga. Kata nenek didalamnya ada sebuah arwah seorang Raja yang ketika
masa pemerintahannya dipercaya adalah masa paling kejam dari masa masa
sebelumnya. Raja Shingaja Purwo mati karena kepalanya dipenggal oleh seorang
pendekar berbaju hitam dengan sorban. Ketika jasadnya dikubur disebuah hutan
mati, arwahnya bergentayangan dan masih membuat warga ketakutan. Seperti memakan
bayi yang baru lahir, membunuh sebagian anak perawan, dan menampakkan diri
secara tiba tiba kepada orang orang. Karena itulah warga sangat takut, selama 1
abad arwah raja itu bergentayangan. Tetapi Kakek menyegel arwah raja itu
disebuah kendi hitam bercorak naga yang nenek pajang di ruang tamu. Ketika
arwah itu selalu memberontak untuk tidak disegel oleh Kakek. Kakek mengeluarkan
semua tenaganya dan pada akhirnya meninggal dunia. Sejak Nenek menceritakan
sejarah kendi hitam itu, aku selalu ketakutan memegang ataupun ke ruang tamu
sekalipun.
Aku sudah sampai
dirumah Nenek di desa. Setelah berjalan beberapa langkah dari mobil hitam kuno
milikku, Nenek berlari lari kecil untuk memelukku dan mencium keningku. Lalu
nenek mengantar kami ke ruang tamu. Dengan segera aku berlari meninggalkan
ruang tamu menuju sebuah kamar yang dibikin khusus untukku. Aku sangat takut!
Nenek hanya mempunyai anak satu, karena itu aku tidak mempunyai sepupu. Di
kamar aku terus memandangi dinding yang bercat merah muda dengan hiasan dinding
buatanku. Jika aku sudah memandang dinding, aku selalu mengkhayal yang aneh
aneh lalu tertidur lelap. Seperti menjadi tuan putri, mempunyai mesin waktu,
jam waktu... Dari semua khayalanku tidak ada yang menjadi nyata.
Aku sangat membenci
setan. Di khayalanku setan mempunyai wajah yang menakutkan, pemakan daging
daging dan darah manusia. Karena setan aku selalu takut jika aku tidur sendiri,
takut memakai kamar mandi disaat malam telah tiba. Dan aku juga takut dengan
pohon pisang dan ruangan tanpa suara. TAKUT! Ketika aku sedang bermimpi aku
terbangun dengan tiba tiba. Tubuhku tidak bisa bergerak. Aku TAKUT, jangan
jangan itu setan yang menindihi ku. Aku TAKUT, SEKALI. Ketika tubuhku sudah
normal kembali. Dengan segera aku berlari kencang meninggalkan kamar dan menuju
kamar orang tuaku. Tidak ada. Aku terus berlari mencari kedua orang tuaku.
...
Apakah mereka dimakan oleh setan
...
Aku menyerah hingga
membuat air mataku keluar dengan deras.
Tiba tiba ada seseorang ada yang datang memelukku, aku berharap itu adalah
nenek atau Mama atau Papa. Tetapi yang aku lihat hanyalah sebuah makhluk
berambut panjang berwajah blur. Badanku seperi terpaku dipelukannya. Tiba tiba
hidung, mata, mulut, alis, pipi muncul satu persatu di wajahnya. Lalu ia
tersenyum kepadaku. Didalam pikiranku hanya satu kata yang muncul ‘TAKUT’. Aku
berusaha melepaskan pelukannya, lalu berlari meninggalkannya menuju kamar
mandi. Ketika aku menghadap cermin besar yang berada ditengah tengah kamar
mandi. Terpantul bayangan anak perempuan berambut panjang yang menyeringaiku.
Aku ketakutan lalu berlari menuju kamar mandi. Aku bingung jika di kamarku ada
sebuah cermin besar. Ketika aku menengok kebelakangg ada seseorang yang memakai
baju hitam bersorban seperti gambaran yang selalu nenek ceritakan, mendorongku
ke dunia cermin. Disana aku melihat seorang laki laki bertubuh cungkring persis
sama dengan foto yang nenek berikan padaku. ‘’Makhluk itu datang, dan ia akan bangkit.
Cepat buang darah terakhir. Musnahkan tulang dan benda itu beserta isinya.
Tiara’’ucap laki laki itu lalu tiba tiba makin lama semakin menghilang dan
semuanya menjadi gelap.
Aku terbangun dalam
tidurku. Ketika aku terbangun langit makin lama semakin terang karena mentari
terbit. Aku melempar selimutku dan berlari lari kecil menuju ruang makan. Aku menceritakan semua kepada nenek. ‘’Apa
maksud dari ‘Makhluk itu datang, dan ia akan bangkit. Cepat buang darah
terakhir. Musnahkan tulang benda dan benda itu beserta isinya’?’’. Nenek sangat
kaget hingga ia tersedak oleh air liurnya sendiri. ‘’UHUK UHUK’’. ‘’IBU? Nggak
apa apa?’’panik Papaku. ‘’Nggak apa apa. Tiara.. Apakah kamu benar bermimpi
begitu?’’tanya Nenek. Aku mengangguk pelan. Nenek menghela nafas lalu berjalan
meninggalkan ruang makan menuju kamarnya yang tida jauh dari meja makan. Aku
melanjutkan memakan ayam goreng dan sepiring nasi putih. ‘’Tiara, jangan suka
makan kebanyakan ah!’’kata Mama menghentikan tanganku yang ingin memasukkan
sesuap sendok penuh nasi. Aku menoleh kearah Mama. ‘’Kenapa Ma?’’.’’Nanti kamu
gendut loh, sini nasinya kasih ke PAPA saja’’kata Mama sembari mengambil
piringku dan mengambil 7 sendok nasi dan
memberikan pada Papa. Papa yang nggak menerimanya menghentikan tangan Mama yang
ingin memberikan nasi di sendok ke-8. Pada akhirnya mereka berdua bermain
perang perangan dengan sendok. Dan dianggap serius sehingga mereka melempar sendok
mereka lalu mengambil kris yang berada di bawah meja makan. ‘’Aku tidak akan
kalah darimu lagi, Putri’’senyum Papa. ‘’Aku juga sama, JOSEPH’’bentak Mama
sembari mengehentikan langkahnya. Aku yang tidak terlalu peduli sama kedua
orang tuaku yang sedang bermain perang perangan dan saling tidak ingin
mengalah. Aku mengambil sendok yang baru lalu mengambil nasi yang lebih banyak,
‘’Nggak peduli ah, yang penting kenyang’’. ‘’Kalian ini, seperti anak kecil
saja. Dari kecil nggak mau kalah. Sudah duduk saja dulu!’’kata Nenek sembari
menunjukkan sebuah botol yang berisi cairan berwarna cokelat tua. ‘’Apa itu
nek?’’tanyaku. ‘’Ini, darah terakhir Raja Shingaja Purwo’’. Aku terdiam, lalu
melanjutkan makanku lagi. ‘’Sesuai yang ada di mimpimu. Kita harus membuang
darah ini ke laut Jawa, sebelum orang itu mengambilnya’’
>>Skip waktu
Esoknya, Nenek
mengundang teman temanku sejak kecil untuk menemaniku bermain. Kami masih suka
bermain petak umpet dan bentengan. ‘’Padahal, anak anak jaman sekarang pada
jarang bermain seperti ini lagi’’kata Pejo yang menjaga benteng. ‘’Yaah,
perkembangan teknologi’’. Aku berlari lari berusaha menyentuh benteng Pejo,
tetapi dihalang oleh Dela. ‘’Maen benteng kagak ngajak ngajak’’kata Dela. ‘’Kapan
pulang?’’tanyaku yang mencari cara agar bisa melewatinya. ‘’Baru datang,
langsung kesini’’jawabnya. Matanya masih fokus agar bisa menghalangiku dan
berusaha menyentuhku. Aku terus menghindar darinya. ‘’Ooh’’. Ketika Dela
memeragakan gerakan karatenya untuk menyentuhku, aku mulai merangkak melewati
celah yang dibuat dari kedua kaki Dela yang berharap gayanya seperti penjaga
bola. Ketika kepalaku berhasil melewatinya, semua mata tertuju padaku. ‘’FEELS
LIKE GANGNAM STYLE! EEEE SEXY LADY, OP OP OP OP OPPA GANGNAM STYLE!’’teriak
Desta. Aku dan Dela kaget. ‘’KAMFERA KAMFERA’’sorak Denis sembari mengeluarkan
sebuah kamera berwarna hitam dari tas punggungnya. ‘’Ayo lakukan lagi!’’perintah
Karin. David memakai sebuah kardus yang
bentuknya seperti mobil yang sudah dicat kuning. ‘’Hubungannya apa lagi, vid?’’tanya
Shifa sembari tertawa kecil. ‘’Nggak ada, pake aja. Ayo nis, FOTO FOTO’’sorak
David sembari bergaya alay. ‘’JIJIK’’sorak yang lain.
Ketika kami sudah
kelelahan kami terdiam ditengah tengah lapangan yang sepi pada siang hari. Kami
duduk ditumpukan daun pisang yang kami ambil sebelumnya. ‘’Aduh cafre-nya’’keluh
Denis sembari membaringkan diri. ‘’Sama nis, emg kamu doang?’’kata Pejo
mengikuti apa yang Denis lakukan. Satu persatu semua melakukan hal yang sama,
yang dilakukan Denis. ‘’CAPEEEEEEK’’keluh kami. ‘’Aku berharap ada yang
mengantar minuman dingin kesini’’harapku. ‘’Ente ngimfi’’sorak Denis. Semuanya
tertawa ketika kami memasuki rumah Nenekku.
Nenek, Papa dan
Mamaku terbaring penuh darah disebuah ruangan gelap tetapi terlihat karena
sinar mentari melewati jendela. Tiba tiba ada seseorang yang muncul dari
kegelapan.
...
Siapa?
...
Orang itu membuka
jubahnya lalu berjalan sembari menyeringaiku. ‘’Keluargamu sudah mati, Tiara’’
ucap orang itu sembari menginjak tumpukan jasad yang terdiri dari Papa, Mama,
dan Nenek. Shifa dan Dela ketakutan dan membuatku menjadi benteng saking
takutnya. Pejo datang sembari memberikan David
dan Denis sebuah pedang mainan yang berbunyi jika digerakkan. ‘’APA
GUNANYA INI, JO!?’’bingung David dan Denis bersamaan. ‘’Sepertinya kacang itu
memang mahal ya sekarang. Anak anak jaman sekarang’’kata Orang aneh itu. ‘’Apa
maumu?’’kataku. Orang itu tersenyum kepadaku dan menunjukkan sebuah kendi hitam
bercorak naga.
...
Kendi itu..
...
‘’Dan darah
terakhir, DIMANA ITU?’’bentak orang itu. ‘’MANA ANE TAHU KAMFRETO’’bentakku.
Orang itu mendorong kami hingga keluar ruangan. ‘’Nggak ada bertanya sama anak
kecil. Lebih baik aku bunuh kalian’’kata orang itu mengeluarkan pedang
panjangnya. ‘’KAMI BERANI’’sorak kami bersama sama. ‘’Berani?’’. Kita kabur
bersama sama.
‘’NGAPAIN KITA
KABUR?’’tanya Shifa yang masih berlari lari. ‘’ENTE MAU MAFI?’’bentak Denis.
Kami terus berlari, terus berlari. Hingga kami masuk ke sebuah mobil milik
Nenekku. Aku teringat jasad keluargaku yang diinjak injak oleh orang Hina macam
tadi. Air mataku menetes, terus menetes. ‘’Eeh kenapa nangis?’’kaget Desta. ‘’Kamu
apain anakku?’’bentak Karin. ‘’Sejak kapan ente jadi ifunya? Mane ane tafu’’kata
Denis sembari mengemudikan mobil yang kebetulan ada sebuah kunci yang tersimpan
di sebuah kotak hitam, disampingnya ada sebuah botol yang isinya berupa cairan
berwarna merah kecokelatan. ‘’Ini apa?’’bingung pejo sembari memberikanku botol
tersebut. Air mataku terhenti lalu mengambil botol itu dan melihatnya dengan
seksama.
...
Jangan jangan ini
...
‘’Darah terakhir’’ucapku
kaget. ‘’Darah terakhir? Apa itu?’’tanya mereka dengan serempak. ‘’Darah yang
diambil oleh pendekar berbaju hitam dari Raja Shingaja Purwo’’jawabku tertunduk
sedih. ‘’Cuma gara gara botol ini, keluargaku sampai dibunuh’’lanjutku. ‘’Aku
ikut berduka ya, Tiara’’kata Shifa yang menyelesaikan kartu yang tadi ia
mainkan. ‘’Aku juga’’kata mereka serempak. ‘’Ane juga, bah the weh kite mau
kemanah?’’tanya Denis. ‘’Ke laut Jawa’’
>>Skip Waktu.
Kami sudah sampai di
sekitar Samudera Indonesia. ‘’Lalu mau ngafain? Cafek nih’’keluh Denis. ‘’Membuang
botol ini’’jawabku. ‘’Oi BANGUN’’teriakku. Semua anak yang tertidur mulai
bangun satu persatu. ‘’Laper, ane laper’’keluh Denis lagi yang memberhentikan
mobil didekat pantai. ‘’Makan, makan’’lanjut Denis. ‘’Aduuh, aku nggak bawa duit.
Ente bawa kagak?’’tanyaku. ‘’Ya kagak lah, dompet ane isinya kartu semua’’kata
Denis. Aku menghela nafas dan mulai mencari sesuatu, berharap menemukan makanan
yang ada di mobil. ‘’Tir, aku nemu 3 kantong besar ganggu orang tidur daritadi
malem’’kata Shifa. Aku girang langsung kusambar 3 kantung besar itu dari tangan
Shifa. Lalu kucek satu persatu. ‘’Makananan, dan duit’’girangku. ‘’Ciyus? Bagi
dong! Ada apa aja?’’girang David yang langsung ikutan memeriksa isi kantung
itu. ‘’Inyong lagi tidur gangguin aja, ada apaan sih?’’keluh Pejo. ‘’Iler ente
ganggu Imej orang’’ucap Denis. Pejo mengelap ilernya dengan tisu yang ada tepat
disebelahnya. ‘’Mau apa? Roti, nasi, sup, snack, atau mau beli aja diwarung?’’tawarku.
‘’Aku mau roti’’.’’Sup!’’.’’ROTI’’. ‘’Ambil lah sono’’kataku sembari mengambil
roti dan menyerahkan 3 kantung besar itu.
Setelah semua orang
sudah makan, aku turun dari mobil membawa sebotol cairan darah itu. ‘’Mau
kemana?’’tanya Dela. ‘’Buang botol’’jawabku yang terus berjalan. ‘’Ikut!’’kata
mereka serempak. Kami sama sama berjalan menuju pantai, ketika aku ingin
membuang botol yang membuat keluargaku meninggal. Datang orang yang yang
membunuh mereka. ‘’Sudah kuduga, botol itu ada pada kalian’’kata orang aneh
itu. ‘’Apa maumu?’’bentakku. ‘’Ya, ngambillah’’kata orang aneh itu sembari
berjalan mendekatiku. ‘’Serahkan botol itu kalau nggak mau mati!’’ancam orang
itu sembari mengeluarkan pedangnya. ‘’...’’.
‘’Ane jadi ingat
lagu, Nenek moyangku seorang pelaut-‘’.’’Bukan saatnya nyanyi’’bentak Dela
sembari memukul kepala Denis. ‘’Temanmu lucu juga’’kata orang aneh itu. ‘’Mau
dipacarin?’’ledekku. ‘’Yaah kurang lebih jika dia bukan musuhku saat ini’’.
...
LOLICON
...
‘’Oh iya, kalau
pengen nih botol’’kataku sembari melempar botol itu ketengah laut. ‘’Berenang
sono, tapi bakal susah. Karena darah itu sudah diterima oleh dewa dan nggak
bisa dikembalikan. Bay, pergi dulu ya’’kataku sembari menarik teman temanku
yang bengong melihat reaksiku. Kami terus berlari hingga memasuki mobil kembali.
‘’Orang gila itu kagak ngejar’’ujar Dela.
‘’Khilaf kali’’kata David. ‘’Udah ah jalan!’’perintah Karin. Ketika kami
ingin menjalani mobil, tiba tiba ada seeokor kucing putih kecil yang duduk
dengan manis didepan mobil yang ingin jalan. ‘’AWW CUTE’’sorak kami serempak. Aku
turun dari mobil dan memungut kucing kecil itu ke dalam mobil.
...
Aku teringat ucapan
Nenek, nanti aku akan bertemu seekor macan yang sangat buas. Macan itu adalah
binatang peliharaan Raja Shingaja Purwo. Ketika macan itu mulai menggigit itu
akan membunuh orang yang digigitnya dengan racun yang ada ditaringnya. Ah boong
ah
...
‘’Darah terakhir ada
di anak itu’’
>>Skip waktu
Ketika langit sudah
berwarna hitam dihiasi rembulan dan bintang, tiba tiba saja mobil yang kita
kendarai kehabisan bahan bakar. Maka dari itu kami harus mendorong mobil itu
bersama sama sampai pom bensin. ‘’Akhirnya sampe juga, makanya tadi tuh beli
bensin dulu. Nekad sih. Udah tau bensih dah pengen habis’’kata Karin. ‘’Ane
minta maaf deh, ane kan’ pengen cepet pulang’’ujar Denis. ‘’Semuanya juga kale’’sorakku.
Disaat pengisian, aku memakan kacang tanah, tiba tiba kantungnya robek karena
air dan kacang kacang itu jatuh membentuk panah. Dan panah itu mengarah ke
kucing kecil yang aku pungut tadi siang.
...
Perasaan ku nggak
enak dengan kucing ini
...
Kucing itu menatapku
dengan tajam seperti menghipnotisku, lalu ia turun dari mobil dan mengacak acak
kacang tanah itu yang membentuk anak panah. ‘’Meow’’.
Ketika aku merasa
mobil yang kami kendarai sudah bergerak jauh dari pom bensin. Pom bensin itu
dengan tiba tiba meledak dengan sendirinya. Semua orang di mobil kaget termasuk
aku. ‘’Kenapa ya?’’. ‘’Untung kita tadi nggak ada disana’’.’’Yaa..’’.
>>>Skip
Suara decit ban
mobil berbunyi tanda kami sudah berada di tempat semula sekarang. Didepan rumah
sudah ada polisi yang masih mengurusi masalah kematian kedua orangtuaku dan nenekku.’’Apa
apaan ini? Kalian tidak bisa kesini!’’kata polisi yang perbertubuh besar. ‘’Ini rumah bahaya!’’ kata
yang lebih kecil. ‘’Cepat pergi, ini buka tempat bermain ataupun markas’’. ‘’Tapi
ini rumah saya pak! Saya baru pergi 1 hari, kangen sama rumah nggak boleh masuk’’kataku
yang membuat polis polisi itu terdiam karena malu.
Aku melihat jasad
jasad keluargaku diantar ke mobil ambulance. ‘’Adek kenal dengan orang orang
itu?’’tanya polisi yang bertubuh kekar. Aku menitikkan air mata mengenang orang
aneh itu menginjak injak tubuh ketiga orang yang sangat menyayangiku dengan
tulus. ‘’Mereka orang tuaku’’.Polisi itu mencatat apa yang sudah aku katakan di
sebuah buku kecil yang mereka bawa lebih dulu. Tiba tiba polisi itu ambruk dan
membuatku kaget. Satu persatu semua tertusuk oleh sebuah benda tajam seperti
panah yang sudah benar benar diasadh lebih dulu.
...
Apa apaan ini
...
Aku menengok ke arah
mobil, dan melihat teman temanku yang sudah tidak bernyawa lagi dengan pintu
yang terbuka lebar di belakang dan di samping mobil. ‘’Kenapa? Kaget? Semua
sudah mati. Dan kamu juga’’kata orang aneh itu. Kucing kecil itu menuruni mobil
dan berjalan mendekatiku. Aku menangkapnya dan memeluknya. ‘’Tidak akan’’. ‘’Hmm,
tapi nggak masalah. Biarlah makhluk lain yang membunuhmu selain aku’’
senyumnya.
....
Apa maksudnya?
....
Kucing itu tiba tiba
berubah besar dan menggigit tanganku dengan taringnya yang beracun. ‘’Waktumu sebentar lagi habis’’. Kucing
yang berubah menjadi macan itu terus menggigitku hingga aku mengalami
pendarahan yang hebat . Aku merasakan racun sudah mengalir ke semua tubuhku.
Aku juga merasakan jantungku sebentar lagi berhenti berdetak. Orang aneh itu
mengambil darahku lalu berlalu dari hadapanku.
...
Aku tidak percaya
aku mati. Karena sebotol darah yang aku buang ke Lautan Jawa. Aku tidak
mengerti kenapa mereka sebegitu kejamnya terhadap anak dibawah umur. Aku tidak bisa mencerna semua ini.
Aku masih ingin
bermain. Aku.. Tidak ingin mati.
...
Sekilas aku melihat
sesosok orang bertubuh cungkring berkulit cokelat yang keluar dari kalung
pemberian nenekku, keluar dan melawan orang aneh itu. Orang cungkring itu
berusaha melawan macan besar yang tingginya 4 meter dan membunuh orang aneh
itu. ‘’Darah terakhir...’’ucapku. Semuanya menjadi gelap.
...
Apakah aku sudah mati?
...
>>>>>>>>>>>>>
Aku membuka mata dan
masih bisa melihat sekelilingku. ‘’Beginikah bentuk surga?’’bingungku. Tiba
tiba datanglah seorang perempuan berbaju putih. ‘’Apakah engkau adalah malaikat
tanpa sayap?’’tanyaku. Perempuan itu hanya tertawa lalu menggeleng gelengkan
kepala. ‘’Lalu kamu siapa?’’tanyaku. ‘’Aku adalah suster disini, kamu ada
dirumah sakit. Kamu diselamatkan oleh polisi yang kebetulan tidur di mobil’’senyumnya.
‘’Siapakah yang menyelamatkanku?’’. Perempuan itu meenghela nafas. ‘’Tidurlah,
di masa depanmu akan banyak ada petualangan yang mungkin lebih menakutkan dari
ini. Jadi bersiaplah’’kata perempuan itu yang makin lama mukanya berubah
menjadi anak perempuan yang ada di mimpiku lalu menghilang menjadi abu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar